Minggu, 18 Januari 2015

SEMBILAN PEMBAWA CINCIN (The Fellowship of the Ring)bag5

    Saat itu awal April, dan langit bersih setelah hujan lebat. Matahari sudah terbenam, dan senja sejuk dan pucat diam-diam melebur menjadi malam. Sam berjalan pulang di bawah bintang-bintang, melewati Hobbiton dan naik ke Bukit, sambil bersiul perlahan dan merenung.

Pada saat itulah Gandalf muncul kembali setelah lama tidak hadir. Selama tiga tahun sejak Pesta Bilbo ia tidak datang. Lalu ia mengunjungi Frodo sebentar, dan pergi lagi setelah mengamatinya dengan saksama. Selama satu-dua tahun berikutnya ia cukup sering muncul, datang tak terduga setelah senja, dan pergi tiba-tiba sebelum  HYPERLINK http://fajar.la fajar. Ia tidak mau membahas urusan dan perjalanan-perjalanannya sendiri, dan kelihatannya ia terutama tertarik pada berita-berita kecil tentang kesehatan dan tingkah laku Frodo.
   Kemudian mendadak kunjungan-kunjungannya berhenti. Sudah lebih dari sembilan tahun Frodo tidak mendengar kabar dan Gandalf atau melihatnya, dan ia sudah mulai berpikir penyihir itu takkan kembali dan sudah kehilangan minat kepada para hobbit. Tapi sore itu, ketika Sam sudah pulang dan senja mulai memudar, terdengar bunyi ketukan yang dulu begitu akrab di jendela ruang belajar.
   Frodo menyambut sahabat lamanya dengan terkejut dan sangat senang. Mereka saling menatap dengan tajam.
   "Semuanya baik-baik yah?" kata Gandalf. "Kau masih tampak sama, Frodo!"
   "Kau juga," jawab Frodo; tapi dalam hati ia berpikir bahwa Gandalf kelihatan lebih tua dan letih. Frodo mendesak Gandalf bercerita tentang dirinya sendiri dan kabar-kabar dari dunia luas; mereka segera terlibat pembicaraan serius, dan belum tidur sampai larut malam.

Pagi berikutnya, setelah sarapan siang sekali, penyihir itu duduk bersama Frodo di dekat jendela terbuka ruang kerja. Api terang menyala di perapian, tapi matahari terasa panas, dan angin berembus dari Selatan. Semua kelihatan segar, kehijauan musim semi yang baru berkilauan di padang rumput dan di ujung jemari pepohonan.
   Gandalf memikirkan pagi musim semi hampir delapan puluh tahun yang lalu, ketika Bilbo lari keluar dari Bag End tanpa saputangan. Mungkin rambutnya sekarang sudah lebih putih daripada saat itu, janggut serta alisnya mungkin lebih panjang, dan wajahnya lebih tergurat kepedulian dan kebijaksanaan; tapi matanya masih sama jernihnya, dan ia merokok serta meniup lingkaran-lingkaran asap dengan semangat dan keceriaan yang sama.
   Sekarang ia merokok dalam diam, karena Frodo juga duduk diam, merenung. Bahkan dalam cahaya pagi yang cerah itu ia bisa merasakan bayang-bayang gelap dari kabar yang dibawa Gandalf. Akhirnya ia memecah kesunyian tersebut.
   "Tadi malam kau mulai menceritakan hal-hal aneh tentang cincinku, Gandalf," kata Frodo. "Lalu kau berhenti, karena menurutmu hal-hal seperti itu lebih baik dibicarakan di pagi hari. Apa tidak sebaiknya kauselesaikan ceritamu sekarang? Katamu cincin itu berbahaya, jauh lebih berbahaya daripada yang kuduga. Dalam hal apa?"
   "Dalam banyak hal," jawab penyihir itu. "Cincin itu jauh lebih kuat daripada yang kusangka semula; begitu kuat, sampai akhirnya dia akan menguasai makhluk hidup mana pun yang memilikinya. Cincin itu yang akan memilikinya.
   "Di Eregion, di masa lalu, banyak dibuat cincin Peri; cincin sihir, begitu kau menyebutnya, dan beragam pula macamnya: beberapa lebih ampuh dan beberapa tidak begitu ampuh. Cincin yang kurang bagus hanyalah percobaan dalam kriya ini sampai dia matang, dan bagi para pandai besi Peri, cincin semacam itu tidak ada artinya-tapi menurutku tetap sangat berbahaya bagi makhluk hidup. Tetapi Cincin-Cincin Agung, Cincin-Cincin Kekuasaan, mereka amat sangat berbahaya.
   "Makhluk hidup yang menyimpan salah satu Cincin Agung itu, Frodo, tidak akan mati, tetapi dia juga tidak akan tumbuh atau memperoleh kehidupan lebih banyak, dia hanya berlanjut terus, sampai akhirnya setiap menit terasa meletihkan. Dan kalau dia sering menggunakan Cincin itu untuk membuat dirinya tidak tampak, dia akan memudar: akhirnya dia akan selamanya tidak tampak; dia akan berjalan dalam bayang-bayang, di bawah mata kekuasaan gelap yang mengendalikan Cincin-Cincin itu. Ya, cepat atau lambat-lambat, kalau dia kuat atau berniat baik pada awalnya, tetapi baik kekuatan maupun niat baik tidak akan bisa bertahan-cepat atau lambat kekuatan gelap itu akan melahapnya."
   "Menakutkan sekali!" kata Frodo. Lalu keduanya kembali berdiam diri... lama. Suara Sam Gamgee memangkas kebun terdengar dari arah halaman.
   "Sudah berapa lama kau mengetahui ini?" tanya Frodo akhirnya. "Dan seberapa banyak yang diketahui Bilbo?"
   "Aku yakin Bilbo tidak tahu lebih dari yang diceritakannya padamu," kata Gandalf. "Dia pasti tidak akan mewariskan sesuatu yang diduganya berbahaya padamu, meski aku berjanji akan mengawasimu.
   Menurutnya cincin itu indah sekali, dan sangat bermanfaat bila dibutuhkan; kalau ada sesuatu yang salah atau aneh, sesuatu itu adalah dirinya sendiri. Dia mengatakan 'cincin itu memberatkan pikirannya', dan dia selalu mencemaskannya; tapi dia tidak curiga bahwa cincin itulah penyebabnya. Tapi dia menemukan bahwa benda itu perlu dirawat; ukurannya atau bobotnya tidak selalu sama; cincin itu bisa mengecil atau membesar dengan cara yang aneh, dan bisa tiba-tiba lolos dari jari yang semula pas mengenakannya."
   "Ya, dia memperingatkan aku tentang itu dalam suratnya yang terakhir," kata Frodo, "maka aku selalu menyimpannya terikat pada rantainya."
   "Bijak sekali," kata Gandalf. "Tapi tentang hidupnya yang panjang, Bilbo tak pernah menghubungkannya dengan cincin itu. Dia menganggap itu kehebatannya sendiri, dan dia sangat bangga akan hal itu. Meskipun dia mulai merasa resah dan gelisah. Aku merasa tipis dan terulur, katanya. Suatu tanda bahwa cincin itu sudah mulai mengendalikannya."
   "Sudah berapa lama kau tahu semua ini?" tanya Frodo lagi.
   "Tahu?" kata Gandalf. "Aku sudah tahu banyak hal yang hanya diketahui kaum Bijak, Frodo. Tapi kalau maksudmu 'tahu tentang cincin ini', yah, aku masih belum tahu, bisa dikatakan begitu. Ada hal terakhir yang harus diuji. Tapi aku sudah tidak meragukan dugaanku.
   "Kapan aku pertama mulai menduga?" renting Gandalf sambil mencari-cari dalam ingatannya. "Coba kuingat-ingat-Bilbo menemukan cincinnya di tahun ketika Dewan Penasihat Putih mengusir kekuatan gelap dari Mirkwood, tepat sebelum Pertempuran Lima Pasukan. Rasa takut menyelimuti hatiku saat itu, meski aku belum tahu apa yang kutakuti. Aku sering bertanya-tanya, bagaimana Gollum bisa mendapatkan Cincin Agung itu-bahwa itu Cincin Agung, setidaknya sudah jelas dari awal. Lalu aku mendengar kisah aneh dari Bilbo, tentang bagaimana dia 'memenangkannya', dan aku tidak percaya. Ketika akhirnya aku berhasil mengorek kebenarannya, langsung kusadari bahwa dia mencoba mengaku-aku kepemilikannya atas cincin itu. Mirip sekali dengan Gollum, yang mengatakan cincin itu adalah 'hadiah ulang tahunnya'. Kebohongan-kebohongan itu terlalu mirip, sehingga aku curiga. Jelas cincin itu memiliki kekuatan tak sehat yang langsung mempengaruhi pemiliknya. Itu peringatan pertama yang kudapat bahwa ada bahaya besar. Sering sekali aku mengatakan pada Bilbo bahwa cincin-cincin seperti itu lebih baik tidak digunakan; tapi dia tak senang, dan menjadi marah. Tak banyak yang bisa kulakukan. Aku tak bisa mengambil cincin itu darinya tanpa menyebabkan kerusakan lebih parah; dan bagaimanapun, aku tidak berhak melakukan itu. Aku hanya bisa memperhatikan dan menunggu. Mungkin aku bisa meminta nasihat Saruman si Putih, tapi selalu ada saja yang menahanku."
   "Siapa Saruman itu?" tanya Frodo. "Aku belum pernah mendengar namanya."
   "Mungkin tidak," jawab Gandalf. "Kaum hobbit tidak menjadi perhatiannya. Namun dia termasuk di antara kaum Bijak. Dia kepala ordo-ku dan ketua Dewan Penasihat. Pengetahuannya dalam sekali, tapi kesombongannya ikut tumbuh seiring pengetahuannya, dan dia sangat tidak menyukai campur tangan. Adat-istiadat dan pengetahuan tentang Cincin-Cincin Peri, besar maupun kecil, adalah wilayahnya. Dia sudah lama mempelajarinya, mencari rahasia yang hilang tentang pembuatan mereka; tapi ketika Cincin-Cincin itu dibahas dalam Dewan Penasihat, segala sesuatu yang diungkapkannya pada kami tentang cincin itu meredam ketakutanku. Maka keraguanku terlena—tapi dengan perasaan gelisah. Aku tetap memperhatikan dan menunggu.
   "Dan semuanya kelihatan baik-baik saja dengan Bilbo. Tahun-tahun berlalu. Ya, berlalu, dan tampaknya tidak menyentuh Bilbo. Dia tidak kelihatan bertambah tua. Kekhawatiran itu timbul lagi di hatiku. Tapi aku berkata pada diriku sendiri, 'Bagaimanapun, dia berasal dari keturunan yang berumur panjang dari pihak ibunya. Masih ada waktu. Tunggulah!'
   "Dan aku menunggu. Sampai malam itu, ketika Bilbo pergi dari rumahnya. Dia mengatakan dan melakukan hal-hal yang menimbulkan ketakutan besar dalam hatiku, yang tak bisa dihilangkan oleh kata-kata Saruman. Akhirnya tahulah aku bahwa sesuatu yang gelap dan mematikan sedang bekerja. Dan sejak itu kuhabiskan sebagian besar waktuku untuk mencari kebenaran sesungguhnya tentang cincin itu."
   "Tak ada bahaya permanen, bukan?" tanya Frodo dengan cemas. "Dia akan baik-baik saja pada waktunya, bukan? Maksudku, bisa beristirahat dalam damai?"
   "Dia Ian-sung merasa lebih baik," kata Gandalf. "Tapi hanya ada satu Kekuatan di dunia ini yang tahu semuanya tentang Cincin-Cincin ini dan pengaruhnya; dan sejauh yang kuketahui, tak ada Kekuatan di dunia ini yang tahu segalanya tentang hobbit. Di antara kaum Bijak, hanya aku seorang "yang man mempelajari adat-istiadat dan pengetahuan tentang hobbit: suatu cabang pengetahuan yang tak dikenal, tapi penuh kejutan. Mereka bisa selembek mentega, tapi kadang-kadang sekokoh akar-akar pohon tua. Mungkin ada hobbit yang bisa menolak Cincin-Cincin itu jauh lebih lama dari yang diyakini kaum Bijak. Kukira kau tidak perlu cemas tentang Bilbo.
   "Memang dia sudah bertahun-tahun memiliki cincin itu, dan menggunakannya, jadi mungkin perlu waktu lama sampai pengaruhnya hilang-sebelum aman baginya untuk melihatnya lagi, misalnya. Bagaimanapun, dia bisa hidup bertahun-tahun lagi dengan bahagia: tetap sama seperti saat dia berpisah dengan cincin itu, karena akhirnya dia melepaskannya atas kerelaannya sendiri: ini suatu pokok penting. Tidak, aku tidak cemas lagi tentang Bilbo, begitu dia melepaskan cincin itu. Terhadap dirimulah aku merasa bertanggung jawab.
   "Sejak Bilbo pergi, aku sangat khawatir tentang dirimu, dan semua hobbit yang memikat, konyol, dan tak berdaya ini. Akan menjadi suatu pukulan menyedihkan bagi dunia, kalau Kekuasaan Gelap menguasai Shire; kalau semua Bolger, Hornblower, Boffin, Bracegirdle dan yang lainnya, tak lupa para Baggins konyol, diperbudak olehnya."
   Frodo menggigil. "Tapi kenapa harus begitu?" tanyanya. "Dan untuk apa dia menginginkan budak-budak seperti itu?"
   "Sejujurnya," jawab Gandalf, "aku yakin selama ini—selama ini, camkan itu—dia sama sekali tidak melihat keberadaan para hobbit. Kau boleh bersyukur. Tapi keamanan kalian sudah hilang. Dia tidak membutuhkan kalian-dia punya banyak budak lain yang berguna tapi dia tidak akan melupakan kalian lagi. Dan para hobbit sebagai budak-budak sengsara akan jauh lebih menyenangkan hatinya daripada hobbit yang bebas dan bahagia. Di dunia ini ada yang namanya kedengkian dan balas dendam!"
   "Balas dendam?" kata Frodo. "Balas dendam untuk apa? Aku masih belum mengerti, apa hubungannya semua ini dengan Bilbo dan aku, dan cincin kita."
   "Semuanya berhubungan," kata Gandalf. "Kau belum tahu bahaya yang sebenarnya; tapi kau akan tahu. Aku sendiri belum yakin ketika terakhir aku berada di sini; tapi sekarang sudah tiba saatnya untuk mengungkapkannya. Berikan cincin itu padaku sebentar."

Frodo mengambil cincin itu dari saku celananya; cincin itu disambungkan dengan sebuah rantai yang tergantung dari ikat  HYPERLINK http://pinggangnya.la pinggangnya. Ia melepaskannya dan dengan perlahan memberikannya kepada penyihir itu. Mendadak cincin itu terasa lebih berat, seolah Frodo sendiri atau cincin itu sendiri agak enggan disentuh Gandalf.
   Gandalf mengangkatnya. Kelihatannya cincin itu terbuat dari emas murni dan padat. "Kau bisa melihat tulisan di atasnya?" tanyanya.
   "Tidak," kata Frodo. "Tidak ada apa-apa. Cincin itu polos sekali, dari tidak pernah memperlihatkan tanda goresan atau tanda usang."
   "Kalau begitu, lihatlah!" Dengan tercengang dan cemas Frodo menyaksikan penyihir itu tiba-tiba melemparkan cincin tersebut ke tengah ujung api yang menyala. Frodo berteriak dari meraih penjepit, tapi Gandalf menahannya.
   "Tunggu!" katanya dengan nada memerintah, sambil melirik cepat ke arah Frodo dari balik alisnya yang tebal berdiri.
   Tak ada perubahan nyata pada cincin itu. Setelah beberapa saat, Gandalf berdiri dari menutup tirai. Ruangan itu menjadi gelap dan sunyi, meski bunyi gunting Sam yang sekarang lebih dekat ke jendela masih terdengar samar-samar dari arah kebun. Sejenak penyihir itu berdiri menatap api; lalu ia membungkuk, memindahkan cincin tersebut dengan penjepit ke atas perapian, dari langsung memegangnya. Frodo terkesiap.
   "Cukup dingin," kata Gandalf. "Ambil!" Frodo menerimanya di atas telapak tangannya yang mengerut. Tampaknya cincin itu lebih tebal dan berat daripada sebelumnya.
   "Angkat!" kata Gandalf. "Dan perhatikan dengan cermat!"
   Frodo melakukannya, dan melihat garis-garis halus, lebih halus daripada sapuan pena terhalus, tertera di cincin itu, pada bagian luar maupun dalam: garis-garis api yang seperti membentuk huruf-huruf suatu tulisan yang mengalir. Garis-garis itu menyala tajam, namun jauh, seolah dari suatu kedalaman.
   "Aku tidak bisa membaca huruf-huruf menyala ini," kata Frodo dengan suara gemetar.
   "Tidak," kata Gandalf, "tapi aku bisa. Huruf-huruf ini tulisan Peri, dari langgam kuno, tetapi bahasanya dari Mordor, yang tidak akan kuucapkan di sini. Namun dalam Bahasa Umum artinya kira-kira begini:
Satu Cincin 'tuk membawa mereka semua
dan dalam kegelapan mengikat mereka.
Itu hanya dua baris dari syair yang sudah lama dikenal dalam adat-istiadat Peri:

Tiga Cincin untuk raja-raja Peri di bawah langit,
Tujuh untuk raja-raja Kurcaci di balairung batu mereka,
Sembilan untuk Insan Manusia yang ditakdirkan mati,
Satu untuk Penguasa Kegelapan di takhtanya yang kelam
Di Negeri Mordor di mana Bayang-bayang merajalela.
Satu Cincin 'tuk menguasai mereka semua,
Satu Cincin 'tuk menemukan mereka,
Satu Cincin 'tuk membawa mereka semua
dan dalam kegelapan mengikat mereka
Di Negeri Mordor di mana Bayang-bayang merajalela.

   Gandalf berhenti, lalu berkata perlahan dengan suara dalam, "Ini adalah Cincin Utama, Cincin yang Satu untuk menguasai mereka semua. Inilah Cincin Utama yang hilang beberapa abad yang lalu, hingga sangat melemahkan kekuatannya. Dia sangat berhasrat memilikinya—tapi jangan sampai dia memperolehnya."
   Frodo duduk diam tak bergerak. Ketakutan seolah mengulurkan tangannya, seperti awan gelap yang terbit di Timur, dan bayangannya seakan-akan hendak menelannya. "Cincin ini!" ia berkata terbata-bata. "Bagaimana, bagaimana sampai bisa jatuh ke tanganku?"

"Ah!" kata Gandalf. "Ceritanya panjang sekali. Awalnya dimulai pada Tahun-Tahun Hitam, yang sekarang hanya diingat para ahli dongeng. Jika aku harus menceritakan seluruh kisah itu padamu, bisa-bisa kita masih duduk di sini saat Musim Semi berganti ke Musim Dingin.
   "Tapi tadi malam aku sudah menceritakan tentang Sauron yang Perkasa, Penguasa Kegelapan. Selentingan-selentingan yang sudah kaudengar memang benar: dia memang sudah bangkit kembali dan meninggalkan kubunya di Mirkwood, kembali ke wilayah kekuasaannya yang luas di masa lampau di Menara Kegelapan di Mordor. Pasti nama itu sudah pernah terdengar oleh kaum hobbit, seperti sebuah bayangan di perbatasan kisah-kisah kuno. Selalu setelah kalah dan beristirahat, sang Bayangan berubah wujud dan tumbuh lagi."
   "Seandainya hal ini tak perlu terjadi di masa hidupku," kata Frodo.
   "Aku pun berharap begitu," kata Gandalf, "begitu pula semua orang yang hidup dan mengalami masa-masa seperti itu. Tapi bukan hak mereka untuk menentukan. Yang perlu kita putuskan adalah apa
   yang akan kita lakukan dengan waktu yang diberikan pada kita. Dan Frodo, waktu kita sudah mulai gelap. Musuh dengan cepat bertambah kuat. Rencana-rencananya masih jauh dari matang, tapi sedang menuju kematangan. Kita akan sangat kesulitan. Kita akan sangat kesulitan, meski tidak terjadi kebetulan yang mengerikan ini.
   "Musuh masih kekurangan satu hal untuk memberinya kekuatan dan pengetahuan untuk mematahkan semua perlawanan, meruntuhkan pertahanan terakhir, dan menyelimuti semua negeri dalam kegelapan kedua. Dia tidak mempunyai Cincin Utama.
   "Tiga Cincin, yang paling indah, disembunyikan oleh para Raja Peri, dan tangannya belum pernah menyentuh atau menodai ketiganya. Tujuh menjadi milik kaum Kurcaci, tapi dia sudah berhasil mendapatkan tiga, dan yang lainnya dimakan naga-naga. Sembilan diberikannya kepada Makhluk Manusia yang angkuh dan agung, untuk menjerat mereka. Lama berselang mereka jatuh di bawah kekuasaan yang Satu itu, dan mereka menjadi Hantu Cincin, bayang-bayang di bawah Bayangan-nya yang besar, pelayan-pelayannya yang paling mengerikan. Sudah lama sekali. Sudah lama sekali sejak kaum Sembilan itu pergi ke luar wilayah mereka. Tapi siapa tahu? Kalau Bayangan itu tumbuh lagi, mungkin mereka juga akan berkeliaran lagi. Tapi ayolah! Kita tidak akan membahas hal-hal semacam itu di pagi hari di Shire.
   "Jadi, begitulah sekarang: yang Sembilan sudah dikumpulkannya sendiri; yang Tujuh juga, atau kalau tidak mereka sudah hancur. Yang Tiga masih tersembunyi. Tapi itu sudah bukan masalah untuknya. Dia hanya membutuhkan yang Utama; karena dia sendiri yang membuat Cincin itu, cincin itu miliknya, dan dia memasukkan sebagian besar kekuatannya di masa lalu ke dalam cincin itu, agar bisa mengendalikan semua yang lain. Kalau dia menemukannya, dia akan kembali memerintah mereka semua, di mana pun mereka berada, bahkan juga yang Tiga itu, dan semua yang sudah dibuat bersamaan dengan mereka akan terbuka, dan dia akan semakin kuat.
   "Dan inilah kemungkinan yang mengerikan, Frodo. Semula dia menyangka Cincin Utama sudah hancur; bahwa kaum Peri sudah menghancurkannya, seperti seharusnya. Tapi kini dia tahu bahwa cincin itu tidak hancur, bahwa cincin itu ditemukan. Jadi, sekarang dia mencarinya, mencarinya, dan seluruh tekadnya ditujukan pada cincin itu. Cincin itu menjadi harapannya yang besar, dan ketakutan kita yang besar."
   "Kenapa, kenapa tidak dihancurkan?" seru Frodo. "Dan bagaimana Musuh sampai bisa kehilangan cincin itu kalau dia begitu kuat, dan kalau cincin itu begitu berharga baginya?" Frodo menggenggam erat Cincin itu, seolah ia sudah melihat jari-jari gelap yang menggapai-gapai untuk merebutnya.
   "Cincin itu diambil darinya," kata Gandalf. "Kekuatan kaum Peri zaman dulu lebih besar untuk melawannya; dan tidak semua Manusia terasing dari mereka. Orang-Orang Westernesse datang membantu mereka. Itu suatu bab yang patut diingat dalam sejarah kuno; karena di masa itu juga ada kesengsaraan, dan kegelapan yang semakin meluas, tapi juga ada keberanian dan perbuatan-perbuatan besar yang tidak sia-sia. Suatu hari nanti mungkin aku akan menceritakan seluruh kisah ini, atau kau akan mendengar keseluruhannya dari dia yang paling tahu.
   "Tapi untuk sementara ini, yang paling perlu kauketahul hanyalah bagaimana cincin ini sampai kepadamu; aku saja sudah merupakan kisah panjang, jadi itu saja yang akan kuceritakan. Adalah Gil-galad, raja Peri, dan Elendil dari Westernesse yang menggulingkan Sauron. meski mereka sendiri tewas dalam pertempuran itu; putra Elendil, Isildur, memotong cincin aku dari jari tangan Sauron dan mengambilnya. Lalu Sauron ditaklukkan dan rohnya lari bersembunyi lama sekali, sampai bayangannya mulai berwujud kembali di Mirkwood.
   "Tetapi Cincin itu hilang. Dia jatuh ke dalam Sungai Besar Anduin, dan lenyap, karena Isildur berjalan ke utara, sepanjang tepi sebelah timur Sungai. Di dekat Gladden Fields dia dihadang kaum Orc dari Pegunungan; hampir semua pengikutnya dibantai. Dia melompat ke dalam air, tetapi Cincin aku terlepas ketika dia berenang, lalu para Orc melihatnya dan membunuhnya dengan anak panah."
   Gandalf berhenti. "Dan di sana, di kolam-kolam gelap di tengah Gladden Fields," katanya, "Cincin itu hilang dari pengetahuan dan legenda; riwayatnya hanya diketahui sedikit orang, dan Dewan Penasihat tak bisa menemukan lebih banyak dari itu. Tapi kupikir akhirnya aku bisa melanjutkan kisah itu."

"Jauh setelah itu, tetapi masih lama berselang, di tepi Sungai Besar di perbatasan Belantara tinggal suatu bangsa yang terampil dengan tangan mereka, dan bisa berjalan tanpa bersuara. Kukira mereka semacam hobbit; bersanak dengan para ayah dari ayah kaum Stoor, karena mereka mencintai Sungai, dan sering berenang di dalamnya, atau membuat perahu-perahu kecil dari ilalang. Di antara mereka ada sebuah keluarga yang sangat terhormat, karena besar dan lebih kaya daripada kebanyakan keluarga lain, dan diperintah oleh seorang nenek kaum itu, keras dan bijak dalam adat-istiadat kuno yang mereka miliki. Yang berwatak paling ingin tahu dan selalu mencari tahu dari keluarga itu adalah Smeagol. Dia tertarik pada akar-akar dan sumber segala sesuatu; dia suka menyelam ke dalam telaga-telaga dalam; dia menggali di bawah pohon-pohon dan tanaman; dia membuat terowongan di dalam bukit-bukit hijau; dan dia berhenti melihat ke atas, ke puncak-puncak bukit, atau dedaunan di pohon, atau bunga-bunga yang mekar di udara: kepala dan matanya tertuju ke bawah.
   "Dia mempunyai seorang teman bernama Deagol, dari bangsa yang sama, lebih tajam matanya, tapi tidak begitu cepat dan kuat. Pada suatu hari, mereka naik perahu ke Gladden Fields, di mana banyak kumpulan bunga iris dan ilalang berbunga. Di sana Smeagol keluar dan menyelidiki tepi sungai, tetapi Deagol duduk di dalam perahu dan memancing. Tiba-tiba seekor ikan besar tersangkut pada kailnya, dan sebelum Deagol sadar, dia sudah terseret keluar, masuk ke dalam air, ke dasar sungai. Lalu dia melepaskan pancingnya, karena merasa melihat sesuatu yang berkilauan di dasar sungai; sambil menahan napas, dia memungutnya.
   "Lalu dia naik- ke atas sambil megap-megap, dengan alang-alang di dalam rambutnya dan segenggam lumpur; dia berenang ke pinggir. Dan lihat! Ketika dia mencuci lumpurnya, di sana, di tangannya, ada cincin emas yang sangat indah; berkilauan dan bercahaya di bawah sinar matahari, membuat Deagol bahagia sekali. Tetapi Smeagol memperhatikannya dari balik pohon, dan sementara Deagol memandangi cincin itu dengan tamak, Smeagol diam-diam mendekatinya.
   "'Berikan itu padaku, Deagol sayang,' kata Smeagol dari balik bahu temannya.
   "'Kenapa?'
   "'Karena ini hari ulang tahunku, Sayang, dan aku menginginkannya,' kata Smeagol.
   "'Aku tak peduli,' kata Deagol. 'Aku sudah memberikan hadiah padamu, lebih dari yang sanggup kuberikan. Aku menemukan ini, dan aku akan menyimpannya.'
   "'Oh, begitu, Sayang,' kata Smeagol; lalu dia meraih leher Deagol dan mencekiknya, karena emas itu tampak begitu cemerlang dan indah. Lalu dia mengenakan cincin itu di jarinya.
   "Tak ada yang tahu, apa yang terjadi dengan Deagol; dia dibunuh Jauh dari rumah, dan mayatnya disembunyikan dengan cerdik. Tetapi Smeagol pulang sendirian, dan dia menemukan bahwa tak ada keluarganya yang bisa melihatnya kalau dia memakai cincin itu. Dia sangat puas dengan penemuannya, dan dia merahasiakannya; dia menggunakan cincin aku untuk mengorek rahasia-rahasia, dan dia menggunakan pengetahuannya untuk tujuan yang licik dan jahat. Penglihatan dan pendengarannya menjadi tajam untuk segala sesuatu yang menyakitkan. Cincin itu memberinya kekuatan sesuai dengan wataknya. Tak ?~ heran dia menjadi sangat tidak disukai dan dihindari (bila sedang tampak) oleh semua handai taulannya. Mereka menendangnya, dan Smeagol menggigit kaki mereka. Dia mulai mencuri, suka berjalan sambil menggumam sendiri, dan membuat bunyi berkumur. Maka mereka memanggilnya Gollum, dan mengutuknya, menyuruhnya pergi jauh; neneknya, yang menginginkan kedamaian, mengasingkannya dari keluarga dan mengusirnya dari rumah.
   "Dia mengembara dalam kesepian, menangis sedikit karena kekejaman dunia, dan dia berkelana menyusuri Sungai, sampai tiba di sebuah sungai kecil yang mengalir turun dari pegunungan; ke sanalah dia pergi. Dia menangkap ikan di telaga-telaga yang dalam, dengan jari-jarinya yang tidak tampak, dan memakannya mentah-mentah. Suatu hari cuaca panas sekali, dan saat dia membungkuk di atas telaga, bagian belakang kepalanya serasa terbakar, dan cahaya menyilaukan dari dalam air memedihkan matanya yang basah. Dia terheran-heran, dia hampir lupa tentang Matahari. Lalu untuk terakhir kali dia menengadah dan mengayunkan tinjunya kepada Matahari.
   "Tapi ketika dia menurunkan pandangan matanya, di kejauhan tampak olehnya puncak Pegunungan Berkabut, dari mana aliran sungai berasal. Dan terpikir olehnya, 'Akan sejuk dan dingin di bawah pegunungan itu. Di sana Matahari tak bisa melihatku. Akar-akar pegunungan itu pasti benar-benar akar; pasti banyak rahasia hebat terkubur di sana, yang belum ditemukan sejak awal.'
   "Maka dia melanjutkan perjalanannya di malam hari ke dataran tinggi, dan dia menemukan sebuah gua kecil tempat aliran sungai kecil itu berasal; bagai seekor belatung, dia menyelinap masuk ke dalam jantung perbukitan, dan lenyap sama sekali. Cincin itu masuk ke dalam kegelapan bersamanya, dan bahkan pembuatnya sendiri, ketika kekuatannya mulai tumbuh lagi, tak tahu sedikit pun kabar tentang cincin itu."

"Gollum!" seru Frodo. "Gollum? Maksudmu Gollum yang dulu ditemui Bilbo? Betapa menjijikkan!"
   "Menurutku kisah itu sedih," kata Gandalf, "dan itu bisa saja terjadi pada orang lain, bahkan pada beberapa hobbit yang kukenal."
   "Aku tak bisa percaya Gollum bersanak dengan para hobbit, walau hanya sanak jauh sekalipun," kata Frodo agak panas. "Gagasan yang buruk sekali!"
   "Tapi itu benar," jawab Gandalf. "Tentang asal-usul mereka, setidaknya aku tahu lebih banyak daripada kaum hobbit sendiri. Dan bahkan cerita Bilbo menunjukkan ikatan persaudaraan di antara mereka. Banyak hal yang sangat mirip dalam latar belakang benak dan ingatan mereka. Mereka saling mengerti dengan baik, jauh lebih baik daripada seorang hobbit bisa memahami seorang Kurcaci, atau Orc, atau bahkan Peri. Pikirkan teka-teki yang sama-sama mereka ketahui, sebagai contoh."
   "Ya," kata Frodo. "Tapi bangsa-bangsa lain juga suka main teka-teki dari jenis yang sama. Dan kaum hobbit tidak pernah menipu. Gollum berniat menipu. Dia terus berusaha membuat Bilbo tidak waspada. Aku yakin watak jahatnyalah yang mendorongnya memulai permainan yang kira-kira bisa memberinya seorang korban yang mudah, tapi tidak bakal merugikannya seandainya dia kalah."
   "Kurasa itu benar sekali," kata Gandalf. "Tapi ada satu hal lain di dalamnya, yang belum kausadari. Bahkan Gollum tidak sepenuhnya hancur. Terbukti dia lebih tahan banting daripada yang bisa diduga salah seorang kaum Bijak sekalipun-seperti yang bisa diduga seorang hobbit. Ada sudut kecil di benaknya yang masih miliknya sendiri, dan seberkas cahaya masuk ke dalamnya, seperti melalui celah di kegelapan: cahaya dari masa lalu. Kurasa mungkin menyenangkan mendengar suara ramah lagi, yang menimbulkan ingatan tentang angin, pohon, matahari di atas rumput, dan hal-hal lain yang sudah terlupakan.
   "Tapi, pada akhirnya, itu hanya membuat bagian dirinya yang jahat semakin marah kecuali bila bagian yang jahat itu bisa dikalahkan. Bisa disembuhkan." Gandalf mendesah. "Sayang! Kecil sekali harapan untuk itu baginya. Tapi bukan sama sekali tidak ada harapan. Tidak, meski dia sudah sekian lama memiliki Cincin itu, hampir sepanjang ingatannya. Sudah lama sekali dia tidak lagi memakainya: dalam kegelapan, cincin itu jarang dibutuhkan. Jelas dia tidak pernah 'meredup'. Dia masih kurus dan liat. Tapi benda itu sudah menguasai pikirannya, tentu saja, dan siksaannya sudah hampir tak tertahankan.
   "Semua 'rahasia besar' yang dikiranya ada di bawah pegunungan ternyata hanya malam kosong: tak ada lagi yang bisa ditemukan, tak ada lag, yang berharga untuk dilakukan, hanya makan makanan menjijikkan dengan sembunyi-sembunyi dan ingatan penuh dendam. Dia sangat menderita. Dia benci kegelapan, dan terlebih lagi membenci cahaya: dia benci semuanya, dan Cincin itu yang paling dibencinya."
   "Apa maksudmu?" kata Frodo. "Bukankah Cincin itu kesayangannya dan satu-satunya yang dia pedulikan? Kalau dia membencinya, mengapa dia tidak membuangnya, atau pergi meninggalkannya?"
   "Seharusnya kau mulai mengerti, Frodo, setelah semua yang kaudengar," kata Gandalf. "Dia membenci dan mencintai cincin itu, seperti dia membenci dan mencintai dirinya sendiri. Dia tak bisa membuangnya. Dia tak punya kemauan tersisa untuk itu."
   "Cincin Kekuasaan itu mengendalikan dirinya sendiri, Frodo. Dia bisa melepaskan diri dengan lick tapi pemiliknya tidak akan pernah meninggalkannya. Paling-paling si pemilik hanya bermain-main dengan gagasan untuk menyerahkannya pada orang lain-itu pun hanya pada tahap awal, ketika cincin itu baru mulai menancapkan pengaruhnya. Setahuku sepanjang sejarah hanya Bilbo yang benar-benar melepaskannya. Itu pun dengan pertolonganku. Bahkan saat itu pun dia tak mau begitu saja menyerahkannya, atau melepaskannya. Bukan Gollum, Frodo, tapi Cincin itu sendiri yang menentukan segala sesuatunya. Cincin itu yang meninggalkannya."
   "Apa? Tepat pada waktunya untuk bertemu Bilbo?" kata Frodo. "Tidakkah seorang Orc lebih sesuai untuknya?"
   "Ini bukan masalah main-main," kata Gandalf. "Bukan untukmu. Ini peristiwa paling aneh dalam seluruh riwayat Cincin tersebut, sejauh itu: kedatangan Bilbo tepat pada waktu itu, dan bagaimana tangannya tepat menyentuh cincin itu, dalam kegelapan.
   "Ada lebih dari satu kekuatan yang bekerja, Frodo. Cincin itu sedang berusaha kembali ke majikannya. Dia terlepas dari tangan Isildur dan mengkhianatinya; lain, ketika ada kesempatan, dia menjerat Deagol yang malang, dan membuatnya terbunuh; setelah itu dia melahap Gollum. Namun kemudian Gollum sudah tak bisa dimanfaatkan lagi: Gollum terlalu kecil dan licik; selama cincin itu tetap bersamanya, dia takkan pernah meninggalkan telaganya yang dalam. Jadi, sekarang, saat majikannya sudah bangkit kembali dan mengirimkan pikiran jahatnya dari Mirkwood, dia meninggalkan Gollum. Tapi justru dia dipungut oleh orang yang paling tak terduga yang bisa terbayang: Bilbo dari Shire!
   "Di balik itu ada kekuatan lain yang bekerja, di luar rencana si pembuat Cincin. Aku hanya bisa mengatakan bahwa memang Bilbo sudah ditakdirkan untuk menemukan Cincin itu, dan bukan oleh pembuatnya. Dalam hal itu, berarti kau juga sudah ditakdirkan memilikinya. Ini mungkin bisa membangkitkan semangatmu."
   "Tidak," kata Frodo. "Meski aku tidak yakin memahamimu. Tap, bagaimana kau belajar semua tentang Cincin ini, dan tentang Gollum? Apa kau benar-benar tahu semuanya, atau hanya masih menduga-duga?"
   Gandalf memandang Frodo, matanya bersinar-sinar. "Aku sudah tahu banyak, dan aku belajar banyak," jawabnya. "Tapi aku tidak akan menceritakan semua tindakanku kepadamu. Sejarah Elendil dan Isildur dan Cincin Utama sudah dikenal semua kaum Bijak. Cincinmu terbukti sebagai Cincin Utama dari tulisan api-nya saja, terlepas dari bukti-bukti lain."
   "Dan kapan kau menemukan itu?" Frodo menyela.
   "Baru saja, di ruangan ini, tentu," jawab Gandalf tajam. "Tapi aku sudah menduga akan menemukan bukti itu. Aku sudah kembali dari perjalanan-perjalanan gelap dan pencarian panjang untuk melakukan ujian terakhir itu. Itu bukti terakhir, dan sekarang semuanya sudah jelas. Mereka-reka bagian Gollum dan mencocokkannya ke dalam celah sejarah membutuhkan sedikit pemikiran. Awalnya aku memang sekadar menduga-duga tentang Gollum, tapi sekarang aku sudah tidak menduga-duga lagi. Aku sudah tahu. Aku sudah bertemu dengannya."
   "Kau bertemu Gollum?" seru Frodo tercengang.
   "Ya. Itu jelas perlu, kalau bisa. Dulu aku pernah mencobanya, tapi baru belakangan ini akhirnya aku berhasil."
   "Jadi, apa yang terjadi setelah Bilbo lolos darinya? Kau tahu ceritanya?"
   "Tidak begitu jelas. Yang kuceritakan padamu hanyalah apa-apa yang mau dibeberkan Gollum-meski ceritanya tidak persis seperti yang kusampaikan padamu. Gollum itu pembohong, dan kita hams menyaring kata-katanya. Misalnya saja, dia menyebut Cincin itu sebagai 'hadiah ulang tahun'-nya, dan dia bertahan pada versinya itu. Dia bilang dia mendapatkannya dari neneknya, yang punya banyak benda indah semacam itu. Kisah yang konyol. Aku percaya nenek Smeagol seorang pemimpin keluarga, seorang yang agung dengan caranya sendiri, tapi tak masuk akal kalau mengatakan dia punya banyak cincin Peri, dan bahwa neneknya membagi-bagikan cincin-cincin itu, itu bohong. Tapi ada sepercik kebenaran dalam kebohongan itu.
   "Pembunuhan Deagol menghantui Gollum, dan dia sudah membangun pertahanannya, mengulangi terus ceritanya kepada 'cincin tersayang'-nya, sambil mengunyah tulang dalam kegelapan; sampai dia hampir-hampir mempercayai ceritanya sendiri. Memang saat itu ulang tahunnya. Deagol memang seharusnya memberikan cincin itu kepadanya. Ternyata cincin itu memang muncul sebagai hadiah ulang tahunnya Itu memang hadiah ulang tahunnya, dan seterusnya, dan seterusnya.
   "Aku berusaha bersabar semampuku, tapi kebenarannya sangat Penting, dan akhirnya aku terpaksa bersikap keras. Kuancam dia dengan kengerian akan api, dan kuperas keluar cerita sebenarnya, sedikit demi sedikit, dengan banyak sedu-sedan dan geraman. Dia menganggap orang-orang salah paham terhadapnya dan telah bersikap jahat pada dirinya. Tapi akhirnya dia menceritakan seluruh kisahnya hanya sejauh akhir permainan Teka-Teki dan pelarian Bilbo dan setelah itu dia tidak mau mengungkapkan lebih banyak lagi, kecuali dengan petunjuk-petunjuk gelap. Dia punya ketakutan lain yang lebih besar daripada ketakutannya akan diriku. Dia bergumam bahwa dia akan mengambil kembali miliknya. Orang-orang akan melihat nanti, apakah dia akan membiarkan saja dirinya ditendang, didorong ke dalam lubang, lalu dirampok. Gollum sekarang punya sahabat-sahabat baik, sangat baik dan sangat kuat. Mereka akan membantunya. Baggins akan membayar mahal. Itu pikirannya yang utama. Dia membenci Bilbo dan mengutuknya. Selain itu, dia tahu dari mana asal Bilbo."
   "Tapi bagaimana dia bisa tahu itu?" tanya Frodo.
   "Well, tentang nama, bodohnya Bilbo sendiri yang memberitahukannya pada Gollum; setelah itu, tidak sulit untuk menemukan negerinya, begitu Gollum keluar. Oh ya, dia keluar. Kerinduannya pada Cincin itu ternyata lebih kuat daripada ketakutannya pada Orc, atau bahkan cahaya. Setelah setahun-dua tahun, dia meninggalkan pegunungan. Meski dia masih terikat pada hasrat untuk memilikinya, Cincin itu tidak lagi menggerogotinya; dia mulai pulih sedikit. Dia merasa tua, amat sangat tua, tapi ketakutannya berkurang, dan dia lapar.

barsambung 

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar dan mari kita tunjukan bahwa kita adalah bangsa yg beradab..
Terimakasih