Kamis, 15 Januari 2015

SEMBILAN PEMBAWA CINCIN (The Fellowship of the Ring)bag2


   "Peri dan Naga! kataku padanya. Kol dan kentang lebih baik buatmu dan buatku. Jangan mencampuri urusan majikanmu, atau kau akan mendapat masalah yang terlalu besar untukmu, begitulah kukatakan padanya. Dan itu boleh kukatakan pada yang lain-lain juga," tambah si Gaffer sambil memandang si orang asing dan si tukang giling.
   Tetapi para pendengarnya tidak percaya. Legenda tentang kekayaan Bilbo sekarang sudah terpatri kuat dalam benak generasi muda kaum hobbit.
   "Ah, tapi sekarang harta kekayaannya pasti sudah bertambah, lebih banyak daripada yang pertama kali dibawanya," debat si tukang giling, menyuarakan pendapat umum. "Dia sering pergi jauh. Dan lihatlah orang-orang aneh yang mengunjunginya: kurcaci-kurcaci datang di malam hari, dan penyihir pengembara itu, si Gandalf, dan sebagainya. Kau boleh omong sesukamu, Gaffer, tapi Bag End itu tempat yang aneh, dan penghuninya lebih aneh lagi."
   "Dan kau juga boleh omong sesukamu, tentang apa yang tidak lebih banyak kauketahui daripada tentang urusan naik perahu itu, Mr. Sandyman," jawab si Gaffer dengan ketus, semakin tidak menyukai tukang giling itu. "Kalau itu kausebut aneh, ada lagi yang lebih aneh di sekitar sini. Ada orang-orang yang tinggalnya tidak terlalu jauh dari sini, yang tidak mau menawarkan segelas bir pada teman, walaupun mereka tinggal di dalam liang berdinding emas. Tapi di Bag End mereka mengikuti aturan kesopanan dengan baik. Sam bilang semua akan diundang ke pesta, dan akan ada hadiah-hadiah, camkan itu, hadiah untuk semuanya—bulan ini juga."

Bulan itu bulan September, dan cuacanya bagus sekali. Sekitar satu-dua hari kemudian, tersebar selentingan (mungkin dimulai oleh Sam yang sudah tahu) tentang akan adanya kembang api-kembang api yang belum pernah disaksikan lagi di Shire selama hampir lebih dari seabad, semenjak Old Took meninggal.
   Hari-hari berlalu dan Hari H semakin dekat. Suatu sore, sebuah kereta aneh berisi bungkusan-bungkusan yang juga tampak aneh bergulir masuk ke Hobbiton, mendaki Bukit, menuju Bag End. Kaum hobbit yang tercengang mengintip melongo dari ambang-ambang pintu yang diterangi lampu. Kereta itu dikemudikan orang-orang aneh dan asing, yang menyanyikan lagu-lagu aneh: orang-orang kerdil dengan janggut-panjang dan kerudung lebar. Beberapa di antara mereka tetap tinggal di Bag End. Pada akhir minggu kedua bulan September, sebuah kereta datang melalui Bywater dari arah Jembatan Brandywine di siang hari bolong. Kereta itu dikemudikan oleh seorang lelaki  HYPERLINK http://tua.la tua. Ia memakai topi tinggi runcing berwarna biru, jubah panjang kelabu, dan selendang  HYPERLINK http://perak.la perak. Ia mempunyai 'an-gut panjang putih dan alis tebal panjang yang menjulur keluar dari bawah pinggiran topinya. Anak-anak hobbit kecil berlari-lari di belakang kereta sepanjang kota Hobbiton, sampai ke atas Bukit. Mereka menduga kereta itu bermuatan kembang api, dan ternyata benar. Di depan pintu masuk rumah Bilbo, orang tua itu mulai menurunkan muatannya: ada berkas-berkas besar kembang api dari segala macam bentuk dan jenis, masing-masing diberi label dengan huruf G merah besar dan huruf Peri.
   Tentu saja itu lambang Gandalf, dan orang tua itu Gandalf sang Penyihir, yang di Shire tersohor karena kepiawaiannya dengan api, asap, dan cahaya. Pekerjaannya yang sebenarnya jauh lebih sulit dan berbahaya, tapi penduduk Shire tidak tahu-menahu tentang itu. Bagi mereka, Gandalf hanya salah satu "hiburan" pada acara pesta. Karena itulah gairah anak-anak hobbit menggebu-gebu. "G untuk Gede!" teriak mereka, dan pria tua itu tersenyum. Mereka kenal wajahnya, meski ia hanya sesekali muncul di Hobbiton dan tidak pernah tinggal lama; tetapi anak-anak itu maupun orang-orang lainnya—kecuali orang-orang tertua di antara para tetua mereka—belum pernah melihat pertunjukan kembang apinya, yang sudah menjadi legenda masa lalu.
   Ketika pria tua itu selesai menurunkan muatannya, dibantu oleh Bilbo dan beberapa kurcaci, Bilbo membagi-bagikan uang receh; tapi tak satu pun petasan dibagikan, dan ini sangat mengecewakan para penonton.
   "Pergilah sekarang!" kata Gandalf. "Nanti kalian akan mendapat banyak kembang api, kalau sudah waktunya." Lalu ia menghilang ke dalam bersama Bilbo, dan pintu ditutup. Para hobbit kecil itu memandangi pintu dengan sia-sia untuk beberapa saat, lalu pergi sambil memendam perasaan seakan-akan hari pesta takkan pernah datang.

Di dalam Bag End, Bilbo dan Gandalf duduk di sebuah ruangan kecil, di depan jendela terbuka yang menghadap pemandangan kebun di sebelah barat. Siang itu cerah dan damai. Bunga-bunga bersinar merah dan keemasan: snapdragon, bunga matahari, dan nasturtian merambati seluruh tembok tanah dan mengintip ke dalam jendela-jendela bundar.
   "Kebunmu kelihatan cerah sekali!" kata Gandalf.
   "Ya," kata Bilbo. "Memang aku sangat menyukai kebunku, dan bahkan seluruh Shire ini, tapi rasanya aku butuh liburan."
   "Jadi, maksudmu kau akan tetap melaksanakan rencanamu?"
   "Benar. Aku sudah mengambil keputusan itu beberapa bulan yang lalu, dan belum berubah pikiran."
   "Baiklah. Tak perlu dibahas lagi. Tetaplah pada rencanamu—seluruh rencanamu, perhatikan itu-dan kuharap itu akan membawa manfaat terbaik bagimu, dan bagi kita semua."
   "Kuharap begitu. Bagaimanapun, aku berniat menikmati hari Kamis nanti, dan melakukan kelakar kecilku."
   "Siapa yang akan tertawa, ya?" kata Gandalf sambil menggelengkan kepala.
   "Kita lihat saja nanti," kata Bilbo.

Hari berikutnya lebih banyak lagi kereta mendaki Bukit, lagi dan lagi. Mungkin ada pihak-pihak yang mengeluh tentang "transaksi setempat", tetapi minggu itu juga berbagai pesanan mulai mengalir dari Bag End untuk segala macam perbekalan, bahan-bahan pokok, atau kemewahan yang bisa diperoleh di Hobbiton, Bywater, atau di mana pun di lingkungan tersebut. Orang-orang mulai bergairah; mereka mulai menandai hari-hari di kalender, dan dengan penuh semangat mereka menunggu tukang pos, mengharapkan undangan.
   Tak lama kemudian, undangan-undangan mulai mengalir, kantor pus Hobbiton kewalahan, dan kantor pos Bywater terendam surat, sampai-sampai asisten-asisten tukang pos relawan dipanggil. Aliran tukang pos seakan tak ada habisnya mendaki Bukit, membawa ratusan variasi sopan ucapan Terima kasih, aku pasti datang.

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar dan mari kita tunjukan bahwa kita adalah bangsa yg beradab..
Terimakasih