Rabu, 28 Januari 2015

lord of the ring prolog4

                               Maka dimulailah masa Hitungan Shire (H.S.), sebab tahun penyeberangan Sungai Brandywine (nama yang diberikan kaum hobbit untuk Baranduin) menjadi Tahun Pertama Shire, dan semua tanggal berikutnya dihitung dari peristiwa tersebut. Dengan demikian, tahun-tahun pada Zaman Ketiga dalam penghitungan kaum Peri dan kaum Dunedain bisa ditemukan dengan menambahkan 1600 pada tanggal-tanggal Hitungan-Shire. Kaum hobbit dari barat ini dengan segera jatuh cinta pada tanah mereka yang baru; mereka pun menetap di sana, dan tak lama kemudian sekali lagi mereka keluar dari catatan sejarah Manusia dan Peri. Sementara masih ada raja yang berkuasa, secara formal mereka dianggap rakyat dari raja tersebut, tapi sebenarnya mereka mempunyai kepala-kepala suku sendiri dan sama sekali tidak ikut campur dengan segala urusan di dunia luar. Ketika terjadi pertempuran terakhir di Fornost melawan Raja Sihir dari Angmar, mereka mengirimkan sejumlah pemanah untuk membantu raja Dunedain, atau begitulah kata mereka, walau hal ini tak pernah disebut-sebut dalam catatan sejarah Manusia. Namun dalam perang tersebut berakhirlah riwayat Kerajaan Utara; kaum hobbit mengambil tanah itu menjadi milik mereka, dan mereka memilih seorang Thain dari antara kepala-kepala suku mereka sendiri, untuk memegang kekuasaan menggantikan sang raja yang sudah tiada. Selama seribu tahun mereka hidup dalam damai, tidak terganggu oleh perang; mereka hidup dalam kelimpahan dan berkembang biak setelah peristiwa Wabah Kegelapan (H.S. 37) hingga malapetaka Musim Dingin Yang Panjang serta masa kelaparan yang menyusul kemudian. Ribuan hobbit tewas ketika itu, namun pada masa terjadinya cerita ini, Hari-Hari Kematian (1158-1160) tersebut telah lama berlalu dan kaum . hobbit sudah kembali hidup dalam kelimpahan. Tanah mereka subur dan ramah, dan meski tanah itu telah lama ditinggalkan ketika mereka memasukinya, sebelumnya tanah itu telah digarap dengan baik; di sana sang raja pernah memiliki banyak pertanian, ladang-ladang jagung, ladang-ladang anggur, dan hutan-hutan.
   Tanah itu membentang seluas empat puluh league dari Far Downs ke Jembatan Brandywine, dan lima puluh league dari padang-padang belantara di sebelah utara ke rawa-rawa di sebelah selatan. Kaum hobbit menamai wilayah itu Shire, wilayah kekuasaan Thain mereka, sebuah distrik usaha yang teratur rapi; dan di sana, di sudut dunia yang nyaman itu, mereka menjalani kehidupan yang tenang, dan mereka semakin tidak peduli akan dunia di luar, di mana berbagai unsur kegelapan berkeliaran. Mereka mulai menganggap bahwa kedamaian dan kelimpahan merupakan kelaziman belaka di Dunia Tengah, dan menjadi hak orang-orang yang berakal sehat. Mereka lupa atau tidak mengacuhkan sedikit informasi yang pernah mereka dengar tentang Para Penjaga, serta tentang hasil kerja keras mereka-mereka yang memungkinkan terciptanya kedamaian panjang di Shire tersebut. Sebenarnya mereka menjalani kehidupan yang terlindung, tapi mereka tak lagi ingat hal itu.
   Sejak dulu kaum hobbit tidak suka berperang, dan di antara mereka sendiri juga tak pernah terjadi perselisihan. Pada zaman lampau, tentu saja mereka sering terpaksa berperang demi mempertahankan diri di dunia yang keras, tapi pada masa hidup Bilbo, itu sudah menjadi sejarah lama. Pertempuran terakhir, sebelum kisah ini bermula, dan satu-satunya pertempuran yang terjadi di dalam wilayah Shire, sudah lepas dari ingatan siapa pun yang masih hidup, yakni Pertempuran Greenfields, H.S. 1147, di mana Bandobras Took mengadakan invasi terhadap kaum Orc. Bahkan cuaca pun sudah lebih lunak, dan serigala-serigala yang dulu berkeliaran keluar dari Utara dalam musim dingin yang tajam membeku sekarang sudah menjadi cerita
masa lalu belaka. Jadi, walaupun masih ada sisa-sisa senjata di Shire, semua itu kebanyakan hanya dijadikan pajangan, digantung di atas perapian atau di tembok-tembok, atau dikumpulkan di museum di Michel Delving, yang disebut Mathom-house-sebab segala sesuatu yang dianggap tidak bermanfaat oleh para hobbit, tapi tidak mall mereka buang, mereka sebut mathom. Tempat-tempat tinggal mereka cenderung menjadi agak sesak oleh mathom-mathom ini, dan banyak hadiah yang beredar dari tangan ke tangan adalah benda-benda semacam itu.


bersambung klik di sini 

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar dan mari kita tunjukan bahwa kita adalah bangsa yg beradab..
Terimakasih