Jumat, 01 Februari 2013

BIDADARI TERAKHIR : KISAH NYATA HIDUP SEORANG KUPU KUPU MALAM

" Karena sekeras apapun aku berpikir tentangmu-hanya ada satu hal yang bisa
kupahami bahwa kaulah hal terindah yang pernah kumiliki dalam hidup ini"

Malam itu, seharusnya bukan jadi malam milik gua. Malam yang sesungguhnya bukanlah yang gua
harapkan. Adit, temen kecil gua. Entah harus bagaimana gua mengatakan? Tiba-tiba ketika
habis pulang dari hang out di kafe, mengarahkan motornya ke sebuah tempat yang mungkin
baru dalam hidup gua. Tempat pelacuran, ya.. semua juga tau kalau daerah yang sedang gua
injakkan kaki ini adalah daerah protistusi. Gua sempat protes sama Adit, kenapa tiba-tiba
ngajak gua ke tempat kayak ginian. Umur gua kan masih 17 tahun dan baru aja dapat ktp resmi
seumur-umur hidup gua.
Gua gak bisa ngelarang teman gua untuk menyalurkan apa yang dia inginkan walaupun harus
dengan cara seperti ini. yang terbaik buat gua adalah tidak ikut dalam permainan dia. Akhirnya
kita berdua memarkirkan motor di sebuah rumah. Banyak cewek-cewek cantik yang berdiri
sambil menggoda. Adit masuk, dan gua memutuskan untuk tunggu di luar. Sesekali dia nanya ke
gua,
" yakin loe gak mau coba? Gua bayarin deh!"
" ogah, gua masih tahan iman, loe aja sana! Jangan pakai lama! Entar kalau digrebek polisi,
disangka gua lagi yang mau!"
" iya-iya, anteng aja loe disana.. "
Dengan wajah cemburut dan tatapan beberapa perempuan gua seperti orang bego yang
nunggu diluar sambil megangan helm gua. Adit uda memilih cewek yang harus jadi teman dia
malam itu. Gua menunggu di luar dan tiba-tiba salah satu cewek di dalam rumah itu keluar
sambil menghisap rokok. Dia ngeliat gua, lalu menawarkan rokok kepada gua.
" Enggak makasih, gua gak ngerokok " kata gua menolak dengna harus.
" Hah, jaman gini masih ada yang gak ngerokok.. aneh.." Tanya cewek itu dan gua hanya
senyum-senyum.
Dia duduk disebelah gua, menatap mata gua dengan tajam sambil sesekali membuang asap
rokok ke langit-langit atap.
" Kok nunggu disini, ga ikutan aja sama temen kamu!"
" Enggak , biarian aja si adit yang pengen,.. Cuma nemenin aja"
" uda, loe sama gua aja mau? "
Gua memandang cewek disamping gua, sejujurnya dia cewek yang cantik, putih dan idaman
gua. Tapi ketika dia menawarkan dirinya ke gua, tiba-tiba gua jadi ilfell. Kenapa cewek
secantik ini harus menjadi seorang pelacur, dunia ini memang gak adil.
" enggak mbak ,makasih"
" uda maulah, gua kasih diskon.. " tawar dia lagi.
" beneran mbak, saya gak mau.." tolak gua dengan halus.
" apes deh gua, daritadi gak ada yang mau ama gua.."
" loh mbak kan cantik, kok ga ada yang mau..!"
" ya nasib lah, namanya juga jualan, kadang laku, kadang kagak, malah gua lagi ada masalah
lagi,,."
Entah mengapa gua jadi merasa ingin tau masalah dia.
" masalah apa mbak?" Tanya gua
" umur loe berapa?" Tanya dia ke gua
" masuk 17 tahun ini,., "
" yailah, masih brondong, masih belum tau namanya dunia dewasa.." ledek dia.
" kata siapa.. setiap orang punya masalah, gak mandang gede atau kecil umurnya.."
Dia melihat gua, mungkin dia merasa gua pinter merangkai kata-kata.
"kayanya loe bukan cowok brengsek ya.. beda sama cowok-cowok yang suka kesini Cuma
pengen cari cewek buat kesenangan sesaat'
Gua tersenyum manyum dipuji dia.
" Hehe, ga semua cowok brengsek kok mbak..
" mungkin aja… hm.. gua lagi butuh duit.." kata dia tiba-tiba.
Dalam hati gua, mungkin ini masalah klasik. Kalau ga butuh duit, buat apa dia kerja sebagai
pelacur.
" Maaf kalau boleh tau, duit buat apa ya?"
" nasib jadi orang miskin, selalu kena masalah, nyokap gua tiba-tiba ada benjolan di perut,
kemarin sempat dibawah ke puskemas, kata dokter sih tumor ringan. Mesti cepat-cepat di
operasi kata dokter, tapi ya tau sendiri Negara kita, apa-apa butuh duit. Ujung-ujungnya
duit buat operasi. Makanya gua lagi sial, semingguan ini jarang dapat pelanggan. Apes.."
Entah mengapa, gua merasa, ada kejujuran dari apa yang cewek ini ngomongin. Dia gak seperti
lagi sandiwara.
" namanya mbak siapa?"
" panggil gua Eva aja! Loe?"
" Gua, Rasya.. "
Tiba-tiba kita terdiam, melihat wajahnya yang tampak sedih sehabis cerita kehidupan dia, gua
merasa iba dan menawarkan dia setulus hati.
" kalau eva emang butuh duit, gua ada, tapi gak banyak, kali-kali aja bisa bantuin nutupin
kekurangan."
Dia ngeliat gua.
" loe kan masih 17tahun, mau dapat duit dari mana 1,5 juta kekurangang gue.."
" oo, jadi kurangnya 1,5juta. Tenang aja Va, gua ada kok kalau segitu, tapi kalau sekarang..
gua ga bawa duitnya.. kalau besok gimana?"
Dia tertawa kecil.
" gua sih uda biasa digombalin sama pelanggan. Tapi kalau digombalin berondong sih baru kali
ini.." ledek dia.
" sumpah gua ga bohong, gini aja, nomor hendphone loe berapa? Nanti besok gua telepon dan
kasih duitnya, tapi jangan disini ya.. soalnya gua ga nyaman.."
" terserah mau dimana, neh nomor gue.." kata dia sambil ngasih kertas dengan angka nomor
telepon dia.
" inget loe, gua ini bukan orang baik. "
" gua juga bukan orang baik. tapi juga bukan orang jahat, gua dan loe hanya terlahir di dunia
yang keduanya gak bisa kita hindari.."
Tiba-tiba adit selesai, dan dia langsung menuju gua. Sebelum adit ngajak gua pergi, gua
pamitan sama eva. Dia tersenyum. Dari wajahnya gua tau, dia pasti berharap banget apa yang
gua katakan ke dia itu benar. Walau sebenarnya gua sendiri ga punya duit sebanyak yang dia
mau. Duit yang gua punya Cuma ada 900 ribu dan masih kurang 600 ribu buat ngasih ke eva.
Akhirnya gua mesti nunggu seminggu hingga terkumpul 1,5 juta. Bermodalkan duit yang
sesungguhnya hasil uang jajan gua. Akhirnya gua nelepon dia. Sebelum memastikan apa eva
benar-benar sungguh-sungguh atau bohong, gua sempet survey ke psk sekitar tempat
kerja eva dan hasilnya positif dia ga bohong makanya gua usahain duit terkumpul cepat.
Eva terkejut ketika gua nelepon dia, gua meminta janjian ketemu sama dia di kafe yang telah
gua tentukan. Seumur-umur dalam hidup gua, baru kali ini gua beramal cukup besar untuk
orang lain. Gua masukan duit itu dalam tas gua. Mungkin bonyok gua akan marah besar kalau
tau duit jajan gua habis untuk dia. Tapi gua cukup beruntung terlahir dari keluarga yang
mampu, jadi gua yakin. Bonyok gak akan tega biarin gua hidup tanpa duit sedikitpun andai gua
bilang, gua butuh duit.
***
Eva muncul dengan pakaian yang lebih tertutup kebanding pertama kali gua lihat. Kita makan
dan sesekali gua jelaskan kenapa gua baru hubungi dia dengan alasan sibuk ujian, padahal
sesungguhya sibuk nabung untuk bantu dia. Eva mungkin gak pernah kepikiran kalau gua
ngajak dia ketemu untuk bantu keuangan dia, dia lebih berpikir kalau gua ini ketemu dia sebagai
seseorang yang membutuhkan dia seperti laki-laki lainnya.
Kita sempat jalan-jalan sebentar sampai akhirnya motor gua membawa dia ke pantai.
Kebetulan mal di kota gua selalu dekat dengan pantai. Gua duduk disamping dia. Dia langsung
menyodorkan pertanyaan.
" sebenarnya , loe manggil gua untuk make gua? Atau temenin loe jalan sih?"
" coba tebak?" Tanya gua.
" dua-duanya juga ga masalah, gua uda lama gak jalan sama cowok. Terakhir pacaran juga
apes. Dari sekian cowok yang nembak gua, Cuma dia yang gua terima. Ujung-ujungnya cowok
emang brengsek. Cuma mau tidur sama gue.. makanya sejak sekarang gua mati rasa sama yang
namanya cinta.. !"
" loh kayaknya loe dendam banget ya sama cowok. Maaf loh kalau lancang, Cuma ngerasa gitu"
" ngapain minta maaf, emang nasib gua kok. Terlahir sebagai cewek hina, miskin, keluarga
berantakan. Lonte.." tiba-tiba eva nangis dengan kalimat terakhir itu.
" loe nangis.." Tanya gua jadi ikut sedih.
" lonte.. gua uda sering denger kalimat itu dari mulut orang lain buat gua, rasanya nyakitin
banget. Asal loe tau , kalau aja dunia ini lebih indah dari yang gua mau. Gua juga gak mau jadi
lonte.. siapa sih di dunia ini yang mau jadi pelacur, lonte. Ini karena terpaksa. Masih ada adik
sama keluarga yang butuh gua untuk bertahan hidup.."
" eva.. jangan nangis dong. Tujuan gua kesini, Cuma pengen ngasih ini.." kata gua sambil ngasih
duit ke dia.
" gua emang masih berondong seperti yang loe bilang, tapi gua juga punya hati. Walau hidup
gua cukup, tapi gua mengerti perasaan loe.. mungkin Tuhan Cuma lagi kasih ujian buat hidup
loe. Kalau pun itu berat saat ini, gua harap bantuan dari gua, bisa bantu meringankan beban
loe.."
" loe.. kenapa sih mau bantu gua.. kan gua ini bukan siapa-siapa loe, bukan temen loe. Bahkan
bukan orang yang pantes kenal sama loe.." kata dia sambil menangis.
" gua juga gak tau. Yang jelas, kita uda ditakdirkan buat jadi orang yang mengenal.. gua senang
kok kenal sama loe. Sekarang pakai duit ini buat operasi nyokap loe ya,. Biar cepat sembuh
dan loe bisa kerja yang lain.. bukan seperti sekarang.."
Dia terdiam sambil merenung.
" kalau pun gua gak kerja kayak gini, gua juga uda pasti gak ada yang mau. Palingan laki-laki
berengsek yang mau sama gua.."
" kata siapa gak ada yang mau.."
" ya kata gua lah.. mana ada sih yang mau sama bekas pelacur!! Bekas lonte…"
" gua mau.."
Eva terdiam mendengar kalimat gua.
" umur loe masih muda, belum tau yang namanya cinta. Ya sudah, terima kasih buat bantuan
loe. Kelak kalau gua ada duit. Gua akan balikin duit ini.. sekali lagi, terimakasih"
" sama-sama eva.."
Selang beberapa hari, eva sempat sms dan memberi kabar ke gua kalau nyokapnya sukses
dengan operasi dia. Kita jadi rutin saling sms dan telepon hingga akhirnya dia ngundang gua ke
rumah dia untuk bertemu nyokap dia. Gua menerima tawaran dia sekaligus ingin tau apakah
benar kalau nyokap dia habis dioperasi. Ketika gua sampai kerumah, nyokapnya berlinang air
mata ngucapin terima kasih, gua bersyukur ternyata eva jujur apa adanya. Dan yang paling
gua senang, dia bilang ke gua, kalau dia lagi cari kerjaan buat hidup sebagai orang bersih.
Saat itu, tanpa sepengetahuan eva. Bokap tirinya tiba-tiba minjem duit ke gua, dia bilang buat
bayar utang. Karena gua gak enak nolak, akhirnya gua kasih duit ke bokapnya tanpa
sepentahuan eva. Gua juga sering bantuin ngaterin eva untuk cari kerjaan yang baik. Sampai
akhinya dia dapat kerjaan sementara. Selama ini, keluarga dia gak tau kalau eva kerja sebagai
pelacur, eva berusaha nutupi dan akhirnya lembaran gelap itu terkubur dengan sendirinya.
Tanpa kita sadari, gua dan eva samakin dekat. Setelah pendekatan itu, akhirnya kita menjadi
sepasang kekasih. Mungkin cinta itu memang buta ya, baru kali ini gua merasakan cinta yang
begitu dalam dari seorang perempuan di usia gua yang masih muda. Ketika dulu gua punya cinta
monyet. Gua gak pernah ngerasa sebahagia ini selain bersama eva. Walaupun dia punya masa
lalu kelam, cinta berhasil membuat gua menghapus semua pandangan buruk itu. Seminggu
setelah jadian, dengang uang jajan yang gua kumpulin, gua membeli cincin yang sama untuk kita
pakai sebagai lambang cinta. Buat eva mungkin ini aneh, tapi dia sadar, gua masih berondong
dan pasti gaya pacarannya juga kayak sinetron di tv jadi dia maklumin.
Tapi sepanjang waktu kami pacaran, gua merasa eva semakin hari semakin kurus dan
tubuhnya jadi lemes gitu, ketika gua Tanya ke dia, dia Cuma bilang kalau dia mungkin kecapean.
Tapi sebenarnya ada hal yang gua takutkan dengan kondisi dia. Gua masih ingat, untuk
memastikan kalau eva ga bohong pas bilang butuh duit, gua sempat kembali ke tempat
pelacuran dia kerja, dan iseng-iseng gua ngobrol sama cewek disana tentang dia.
" loe siapanya eva?"
" temen aja mbak, kalau boleh tau, dia kan cantik, kok bisa ga ada pelanggan sih?"
" nasib mas, eva kena penyakit sifilis( penyakit kelamin). Kayaknya banyak pelanggan yang
uda tau dia itu kena penyakit gituan, makanya ga ada yang mau sama dia! Disini kan pesaingan
ketat, ada yang bocorin gitu, makanya kasihan dia.."
" kenapa ga berobat aja dia..?"
" maunya sih gitu! Tapi nyokapnya kan sakit, jadi dia mati-matian cari duit buat nyokap dia
dulu, baru nanti mikirin sembuhin penyakit dia.. "
" kasihan ya.."
" iya mas, susah hidup sekarang. Saya yang dulu anterin dia ke dokter aja jadi sedih kalau
bayangin hidup dia.."
Dari apa yang teman dia bilang, gua jadi yakin kalau eva jadi kurus ini pasti karena penyakit dia
dulu. Walau dia ga pernah mau cerita ke gua, mungkin karena dia takut. Kalau dia penyakitan
maka gua akan ninggalin dia. Padahal gua gak pernah peduli dengan sakitnya dia. Sakit eva
makin buruk sampai akhirnya dia ga kerja. Gua akhirnya nyamperin ke rumah, dan dia ga bisa
bangun karena tiba-tiba tubuhnya jadi kayak lumpuh gitu.
Saat itu juga gua putuskan untuk bawa dia ke rumah sakit, dia sempat menolak.
" Rasya, rumah sakit itu mahal, orang miskin kayak gua kalau sakit itu ga ada keadilan, jadi
biarin aja gua minum obat biasa, nanti juga sembuh"
" loe itu uda gak bisa bangun. Gak usah pikirin duit. Gua ada tabungan, yang penting sekarang
kita ke rumah sakit."
Dengan penuh kesedihan, akhirnya eva gak bisa nolak kemauan gua. Gua menggendong dia
sampai ke rumah sakit, dia dirawat dan dokter mengatakan ke gua dengan berat hati kalau
eva sudah kenapa sifilis akut dan seluruh tubuhnya uda terkontiminasi sama sel-sel
neurosifilis yang kemungkinan sembuhnya kecil. Dengan penuh air mata gua memohon kepada
dokter untuk sembuhin dia. Gua dan nyokap serta adiknya saling bergantian jaga dia. Saat itu
lagi ujian akhir kelulusan sekolah, gua harus bertahan dalam dua hal. Konsetrasi ke ujian dan
konsetrasi ke eva.
Mungkin kedua cobaan itu berat tapi akhirnya gua berhasil mengerjakan semua ujian yang
datang silih berganti bersamaan dengan waktu gua menjaga eva. Eva semakin kritis. Dia gak
banyak bicara lagi seperti sebelumnya. Sepertinya dia tau, hidup dia tidak akan lama lagi. Dia
nyerahin sebuah diary ke gua. Dimana disana dia bilang hanya boleh dibaca setelah tiba saatnya
nanti.
" jangan dibuka ya sampai nanti kalau gua uda ga bisa bangun lagi.."
" kok loe ngomong gitu.."
" Sya, mungkin.. selama ini gua gak pernah jujur tentang panyakit gua, tapi gua Cuma ga mau
kalau loe tau gua punya penyakit ini, loe ninggalin gua. Ternyata gua salah, loe benar-benar
hadiah paling indah dalam hidup ini yang dikasih Tuhan buat gua. Gua pikir.. Tuhan gak akan
pernah ngasih kebahagiaan buat gua karena memang gua ga pantes. Ternyata gua salah,
Tuhan itu adil. Dan keadilan itu dia tunjukkan lewat loe.."
" jangan ngomong gitu eva.. gua yang harusnya bersyukur punya pacar seperti loe dalam hidup
gua, loe benar-benar anugrah..loe harus kuat ya, kita sama-sama berjuang untuk
kebahagiaan kita.."
Eva hanya menangis mendengar gua bicara begitu. Gua pun menangis. Entah mengapa, gua
seperti merasa ini adalah ujung dari akhir kisah kami.
" sya, gua mau minta tolong satu hal lagi sama loe. .boleh?"
" ngomong aja eva, kita kan pacaran, terbuka aja.."
" gua gak punya apa-apa untuk ngasih loe sebagai balasan atas kebaikan loe, tapi gua Cuma
punya ini.. bisa loe ambil kalung ini dari leher gua, soalnya.. tangan gua uda gak bisa bergerak
lagi.."
" kenapa bicara begitu.?"
"plz.. ambill" dengan berat hati gua melepas kalung itu dan mengambilnya.
" disimpan ya.. sama buku harian yang gua tulis itu.."
" iya eva.. tadi kamu bilang mau minta tolong, kenapa gak dilanjutkan?"
" kalau gua mati, tolong jangan kubur gua di sini, gua mau dikubur di tanah kelahiran gua.. bisa.."
Mendengar kalimat itu dari mulut dia. Hati gua hancur. Gua gak tau harus bagaiman
mengungkapkan kata-kata yang pantas untuk membuat gua bangkit dan percaya kalau dia
akan sembuh. Gua hanya bisa menangis dan mengiyakan permintaan dia. Karena ada ujian lagi di
besok. Gua pamitan sama dia. Gua mencium kening dia dan dengan berat hati saat itulah gua
merasa ini terakhir kalianya gua akan melihat dia.
Dengan penuh tangis, gua pulang dan berharap Tuhan sekali lagi memberikan keadilan untuk
hidup dia. Besoknya gua ujian terakhir dan ketika gua ingin jenguk dia, gua melihat sudah
banyak orang di kamar dia di rawat. Semua menangis dan disitulah gua tau, eva telah pergi
untuk selamanya. Gua hanya bisa tertunduk lesuh dan menangis dalam hati. Berat rasanya
harus melepas kebahagiaan sesaat yang ada dalam hidup gua...

Bersambung di kolom komentar =»



.


Sent from my BlackBerry®






0 komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar dan mari kita tunjukan bahwa kita adalah bangsa yg beradab..
Terimakasih