Oleh: Nunik Utami
"Pap? pap tau ini mam?"
"Ga, tapi kalo dia ketemu kamu n tau nama lengkapmu dia pasti tau, kamu bener-bener mirip
dia?" mam masi terus membelai rambutku, kemudian mengusap keningku dan mengelus elus
daguku.
"Nama key 'Kinnara Khaliza Kurnia' emang napa mam?"
"Kurnia, itu dari nama pap 'Ade kurnia"
"Pap itu om Ade?, Om item eh Om yang suka pake mobil item?"
"Kalo Khaliza artinya apa mam?"
"Bukan arti nama itu yang penting key, tapi kenapa kamu dinamai khaliza, heh.." mam
mendesah, kemudai melanjutkan " Khaliza dari kata 'Khaliza Indah' hotel tempat mam n pap
ketemu, hanya sekali" aku membalikkan badan, melihat mam, kulihat mata mam berkaca,
menerawang.
"Mam, kenapa mam ga mau cerita ma om Ade? bukankah mam masi sering ketemu?"
"Dulu pap punya pacar, mam hanya sekedar lewat, mereka sekarang dah menikah dan
bahagia. mungkin lebih baik begini"
"Apa bedanya mam, mam masi suka ketemu om ade, kalo istrinya tahu bakalan sakit ati juga"
aku bener-bener ga ngerti jalan pikiran mam.
"Kita berdua sekarang punya dad key, kalo om ade masi kesini itu karena janji mam"
"Pagi hari, setelah kami ketemu, tanpa spengetahuan mam pap meninggalkan banyak uang di
tas. mam melongo. emang mam ce bayaran. langsung mam telp pap, pap bilang uang itu buat
mam kursus salon, mam emang sempet bilang ke pap kalo pengen kursus. uang itu mam
terima, dan mam berjanji kalo suatu saat punya salon pap bakal jadi member utama dengan
layanan istimewa"
"Jadi uang itu mam pake buat kursus?"
" He..' mam tersenyum "Ga key, uang itu habis ga nyampe seminggu, mam stres, mam bisa
begini karena dad"
***********
(Dad, The Rider)
Aku kenal dia dari internet, setelah pembicaraan lewat telepon yang agak menjurus kemana-
mana kami janjian ketemu. aku menjemputnya di pusat perbelanjaan setelah beberapa jam dia
menunggu, salah dia, janjian jam delpan malam datang jam5 sore. Alasannya dia ga berani naek
angkot di malam hari.
Namanya ivon, dia sudah bilang kalo dia ga cantik, tapi aku sempet shock melihatnya, tinggi
minimalis, kulit sawo matang beda banget dengan cewe-cewe yang selama ini ku ajak pergi.
Aku membawanya pulang, ke rumah yang baru aku tempati. Malam itu aku bener-bener cape,
aku tidak menyentuhnya sama sekali, namun pagi harinya setelah aku melakukan ritualku,
mengambil peralatan berupa pembakar kecil, tempat sebuknya, botol cairan, dan pipa
penghisap aku menjadi semangat lagi.
KUlihat matanya melotot melihatku melakukannya, aku heran kenapa beberapa cewe tidak
suka narkoba.
" Mas kenapa make sabu-sabu? kalo mas mabuk ntar ga bisa nganter ivon ke halte"
Aku ga peduli ocehannya, lagian goblok, sabu ga bikin aku mabuk, itu justru energiku.
Benar saja, setelah ritualku, aku merasa fresh, bergairah, dan aku menjadi berselera
melakukannya. selesai itu, aku mengantarnya pulang dan tidak menghubunginya lagi. sampai
suatu ketika aku mendapat sms :
'MAS DI MANA, IVON DI DEPAN RUMAH MAS'
Gila, mau ngapain ne cewe, aku buru-buru pulang dan mendapatinya menunggu di depan
rumah dengan satu kopor besar.
'Ivon keluar kerja mas' katanya, aku ga peduli, tapi ga tega juga mengusirnya. Aku
menyuruhnya masuk dan menyuruh pembantuku mambawa kopornya ke kamar di lantai atas.
Dia tinggal di rumahku, rumahku jadi makin semarak, iyah sama imah juga kelihatan senang,
seperti mempunyai majikan perempuan. Ivon cerita, alasan dia keluar kerja karena hamil. aku
ga peduli, jelas bukan anakku, kami ketemu udah lama sekali. tapi makin ga tega buat
mengusirnya.
Dia juga tidak mempengaruhi kehidupanku, aku masih bebas bawa cewe cewe kerumah,
malah kamarku jadi rapi, baju - bajuku di pagi hari sudah ada yang menyiapkan, kulkas juga
selalu penuh. Selama ini iyah dan imah ga berani masuk kamarku, mereka juga ga tahu
kebutuhanku.
Hampir sebulan dia di rumahku, aku mulai percaya dan tegantung padanya, aku menyerahkan
segala urusan di rumahku padanya, gaji iyah dan imah pun aku suruh dia yang megang. Suatu
saat dia bilang pengen kursus salon, mungkin aku lagi agak baek, aku mengantarnya ke
tempat kursus dan membayar lunas biayanya. aku melihat matanya berkaca kaca, bibirnya
mengucapkan 'terima kasih' lirih banget, hampir tidak terdengar.
Kakakku di jogja makin cerewet, menekanku untuk segera menikah 'biar kamu ada yang
ngurus' katanya. aku jengah. usiaku emang hampir 40, tapi nikah? oh no.
Hasil hubungan pria dan wanita tergantung dari tingkat kepandaiannya.
Wanita pintar + Pria pintar = tidak hamil, tidak nikah
Wanita bodoh + Pria pintar = hamil, tidak nikah
Wanita pintar + Pria bodoh = tidak hamil, nikah
wanita bodoh + Pria bodoh = hamil, nikah
Aku, Harry Sinathrya pria pintar, telah berhubungan dengan begitu banyak wanita tapi tidak
ada yang bisa membuatku menikah.
But, menikah dengan IVon mungkin bukan hal bodoh. Aku bisa menyenangkan kakakku, aku
masi bisa bebas berexpresi, Ivon juga bukan wanita yang nuntut ini itu. Good, ini bisa jadi
pernikahan yang oke, aku tidak perlu khawatir tentang hal hal tidak enak yang dialami pria
setelah menikah.
Akhirnya aku menikahinya, dan terbukti Ivon tipe istri yang cocok buatku.
********
(key)
"Itu kenapa welcome note di hp mam ' The Rider is my hero'?" aku bertanya sambil memegang
dadaku. Maskernya mengering.
"Yup, The rider memberi kita tempat dan hidup yang layak" jawab mam.
Aku masih membayangkan kehidupan mam dulu, alangkah kacaunya.
"Mam, kenapa mam yakin saat itu dad bakal nerima mam di rumahnya?"
"Waktu kami ketemu pertama kali, walo dad tampak kasar n keras, tapi dia memperlakukan
tukang parkir dengan amat baek, lagian mam juga bingung mau minggat kemnana" mam ikut
memegangi dadaku
"Cuci dulu key, ni handuknya", mam mengambil handuk kecil putih di sebelahnya.aku
mengangguk 'ok' bangkit dan berjalan ke wastafel. '
'Klek' kudengar pintu kamar mam dibuka, seseorang masuk, aku menengok, The rider
berjalan ke arah mam yang terbaring, langsung menciumi mam . Aku memalingkan muka,
meneruskan mencuci masker di payudaraku, aku menoleh lagi, The Rider masih menciumi mam
tapi sambil menatapku, melihat dadaku yang terbuka. Aku bergetar.
TAMAT
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
"Pap? pap tau ini mam?"
"Ga, tapi kalo dia ketemu kamu n tau nama lengkapmu dia pasti tau, kamu bener-bener mirip
dia?" mam masi terus membelai rambutku, kemudian mengusap keningku dan mengelus elus
daguku.
"Nama key 'Kinnara Khaliza Kurnia' emang napa mam?"
"Kurnia, itu dari nama pap 'Ade kurnia"
"Pap itu om Ade?, Om item eh Om yang suka pake mobil item?"
"Kalo Khaliza artinya apa mam?"
"Bukan arti nama itu yang penting key, tapi kenapa kamu dinamai khaliza, heh.." mam
mendesah, kemudai melanjutkan " Khaliza dari kata 'Khaliza Indah' hotel tempat mam n pap
ketemu, hanya sekali" aku membalikkan badan, melihat mam, kulihat mata mam berkaca,
menerawang.
"Mam, kenapa mam ga mau cerita ma om Ade? bukankah mam masi sering ketemu?"
"Dulu pap punya pacar, mam hanya sekedar lewat, mereka sekarang dah menikah dan
bahagia. mungkin lebih baik begini"
"Apa bedanya mam, mam masi suka ketemu om ade, kalo istrinya tahu bakalan sakit ati juga"
aku bener-bener ga ngerti jalan pikiran mam.
"Kita berdua sekarang punya dad key, kalo om ade masi kesini itu karena janji mam"
"Pagi hari, setelah kami ketemu, tanpa spengetahuan mam pap meninggalkan banyak uang di
tas. mam melongo. emang mam ce bayaran. langsung mam telp pap, pap bilang uang itu buat
mam kursus salon, mam emang sempet bilang ke pap kalo pengen kursus. uang itu mam
terima, dan mam berjanji kalo suatu saat punya salon pap bakal jadi member utama dengan
layanan istimewa"
"Jadi uang itu mam pake buat kursus?"
" He..' mam tersenyum "Ga key, uang itu habis ga nyampe seminggu, mam stres, mam bisa
begini karena dad"
***********
(Dad, The Rider)
Aku kenal dia dari internet, setelah pembicaraan lewat telepon yang agak menjurus kemana-
mana kami janjian ketemu. aku menjemputnya di pusat perbelanjaan setelah beberapa jam dia
menunggu, salah dia, janjian jam delpan malam datang jam5 sore. Alasannya dia ga berani naek
angkot di malam hari.
Namanya ivon, dia sudah bilang kalo dia ga cantik, tapi aku sempet shock melihatnya, tinggi
minimalis, kulit sawo matang beda banget dengan cewe-cewe yang selama ini ku ajak pergi.
Aku membawanya pulang, ke rumah yang baru aku tempati. Malam itu aku bener-bener cape,
aku tidak menyentuhnya sama sekali, namun pagi harinya setelah aku melakukan ritualku,
mengambil peralatan berupa pembakar kecil, tempat sebuknya, botol cairan, dan pipa
penghisap aku menjadi semangat lagi.
KUlihat matanya melotot melihatku melakukannya, aku heran kenapa beberapa cewe tidak
suka narkoba.
" Mas kenapa make sabu-sabu? kalo mas mabuk ntar ga bisa nganter ivon ke halte"
Aku ga peduli ocehannya, lagian goblok, sabu ga bikin aku mabuk, itu justru energiku.
Benar saja, setelah ritualku, aku merasa fresh, bergairah, dan aku menjadi berselera
melakukannya. selesai itu, aku mengantarnya pulang dan tidak menghubunginya lagi. sampai
suatu ketika aku mendapat sms :
'MAS DI MANA, IVON DI DEPAN RUMAH MAS'
Gila, mau ngapain ne cewe, aku buru-buru pulang dan mendapatinya menunggu di depan
rumah dengan satu kopor besar.
'Ivon keluar kerja mas' katanya, aku ga peduli, tapi ga tega juga mengusirnya. Aku
menyuruhnya masuk dan menyuruh pembantuku mambawa kopornya ke kamar di lantai atas.
Dia tinggal di rumahku, rumahku jadi makin semarak, iyah sama imah juga kelihatan senang,
seperti mempunyai majikan perempuan. Ivon cerita, alasan dia keluar kerja karena hamil. aku
ga peduli, jelas bukan anakku, kami ketemu udah lama sekali. tapi makin ga tega buat
mengusirnya.
Dia juga tidak mempengaruhi kehidupanku, aku masih bebas bawa cewe cewe kerumah,
malah kamarku jadi rapi, baju - bajuku di pagi hari sudah ada yang menyiapkan, kulkas juga
selalu penuh. Selama ini iyah dan imah ga berani masuk kamarku, mereka juga ga tahu
kebutuhanku.
Hampir sebulan dia di rumahku, aku mulai percaya dan tegantung padanya, aku menyerahkan
segala urusan di rumahku padanya, gaji iyah dan imah pun aku suruh dia yang megang. Suatu
saat dia bilang pengen kursus salon, mungkin aku lagi agak baek, aku mengantarnya ke
tempat kursus dan membayar lunas biayanya. aku melihat matanya berkaca kaca, bibirnya
mengucapkan 'terima kasih' lirih banget, hampir tidak terdengar.
Kakakku di jogja makin cerewet, menekanku untuk segera menikah 'biar kamu ada yang
ngurus' katanya. aku jengah. usiaku emang hampir 40, tapi nikah? oh no.
Hasil hubungan pria dan wanita tergantung dari tingkat kepandaiannya.
Wanita pintar + Pria pintar = tidak hamil, tidak nikah
Wanita bodoh + Pria pintar = hamil, tidak nikah
Wanita pintar + Pria bodoh = tidak hamil, nikah
wanita bodoh + Pria bodoh = hamil, nikah
Aku, Harry Sinathrya pria pintar, telah berhubungan dengan begitu banyak wanita tapi tidak
ada yang bisa membuatku menikah.
But, menikah dengan IVon mungkin bukan hal bodoh. Aku bisa menyenangkan kakakku, aku
masi bisa bebas berexpresi, Ivon juga bukan wanita yang nuntut ini itu. Good, ini bisa jadi
pernikahan yang oke, aku tidak perlu khawatir tentang hal hal tidak enak yang dialami pria
setelah menikah.
Akhirnya aku menikahinya, dan terbukti Ivon tipe istri yang cocok buatku.
********
(key)
"Itu kenapa welcome note di hp mam ' The Rider is my hero'?" aku bertanya sambil memegang
dadaku. Maskernya mengering.
"Yup, The rider memberi kita tempat dan hidup yang layak" jawab mam.
Aku masih membayangkan kehidupan mam dulu, alangkah kacaunya.
"Mam, kenapa mam yakin saat itu dad bakal nerima mam di rumahnya?"
"Waktu kami ketemu pertama kali, walo dad tampak kasar n keras, tapi dia memperlakukan
tukang parkir dengan amat baek, lagian mam juga bingung mau minggat kemnana" mam ikut
memegangi dadaku
"Cuci dulu key, ni handuknya", mam mengambil handuk kecil putih di sebelahnya.aku
mengangguk 'ok' bangkit dan berjalan ke wastafel. '
'Klek' kudengar pintu kamar mam dibuka, seseorang masuk, aku menengok, The rider
berjalan ke arah mam yang terbaring, langsung menciumi mam . Aku memalingkan muka,
meneruskan mencuci masker di payudaraku, aku menoleh lagi, The Rider masih menciumi mam
tapi sambil menatapku, melihat dadaku yang terbuka. Aku bergetar.
TAMAT
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar dan mari kita tunjukan bahwa kita adalah bangsa yg beradab..
Terimakasih