Jumat, 28 September 2012

Kinnara Mencari Ayah #2

Oleh: Nunik Utami
"Key….yyyyyyyyyyy" pagi pagi mam dah teriak. Aku keluar kamar.
"HUahh" sebenernya masih ngantuk.
Tapi kenapa ya, di luar ribut amat. Mbak dew tergopoh-gopoh membawa seikat bunga segar.
Bi Yah, Bi Mah dua-duanya ada di depan mam, siap menerima instruksi mam. Aneh, kalo bi yah
ada, harusnya bi mah ga ada. ops..satu-satu nya hal yang membuat mam menambah jam kerja
mereka, dad pulang.
"Key, barang -barang mu yang di paviliun pindahin, hari ini dad pulang"
Terakhir pulang dad sekitar sebulan yang lalu. Ketika dad ga ada, aku suka memakai paviliun
belakang buat ngerjain tugas sekolah, nonton film, dan hal-hal lain bersama Jack. Paviliun
tempat yang enak buat pacaran. sepi, ga ada orang lalu lalang seperti di rumah. Kalo di rumah
mbak-mbak salon kadang suka bolak balik ngambil minum or snack buat tamu salon.
Awalnya aku khawatir mam bakal marah kalo tau aku berduaan ma Jack di tempat sepi, tapi
mam ga pernah melarang, hanya kalo pas dad pulang aku harus kemas-kemas lagi. Koleksi
DVD ku, komik-komik, tas sekolahku (hari terakhir sebelum liburan, pulang sekolah aku lgs ke
pav bareng Jack), dan 1 pack durex putih. Ssst.. yang ini aku simpan di belakang pigura
lukisan gede.
Hubunganku ma Jack emang blum sampai begitu, belum sampai membuat bagian ituku berubah.
Jack masih berprinsip, bahwa itu harus dilakukan di malam pertama, bahwa selaput daraku
akan dia robek di malam pertama. Sex baginya kalo penis bener - bener masuk vagina.
Entahlah, mungkin aku agak beda sama Jack. Selama ini apa bedanya, aku harus berusaha
keras agar tidak tersedak ketika kami melakkukan oral sex, mengikuti irama, membiarkan dia
menarik narik rambutku. Jujur tidak ada enaknya, aku melakukannya karena mungkin Jack
butuh, aku cinta dan sayang Jack. ini pengabdian.
Mungkin sama, suatu saat Jack membuka bajuku dan mencicipi semua yang disitu.
Ekspresinya seperti menikmati makanan kesukaan dia, aku merasa nyaman dengan
ekspresinya.
"OH Jack, Enakkah?' aku bertanya polos,
"Ini pengabdian, sama seperti kau membantuku mengeluarkannya, Oh damn come on baby,
menikahlah denganku besok pagi" Jack mejawab terengah disela activitas itu.
Jelas bercanda, kami baru kelas tiga SMP, saat itu aku bener-bener merasa di dunia lain, aku
meraba resleting celana jack, menariknya, mengelurkan itu, mengangkat rok yang kupakai
dan mencoba menempelkannya.
"No, Honeya' Jack menutup kembali resletingnya. adan terjadi apa-apa tapi tidak sampai
kesitu. Tapi aku telah menyiapkan durex putih itu, aku yakin suatu saat Jack pasti ga tahan
godaan.
Aku tunggu saat itu datang Jack..!!
***
.
.
Dad datang. Mobil yang dikemudikan mang Jaja langsung masuk menuju paviliun belakang, tapi
tiba tiba mundur dan berhenti tepat di depan pintu samping. Dad turun tanpa tamu tamu yang
selalu berganti-ganti, mang Jaja mengangkat barang -barang Dad yang lebih banyak dari
biasa memasukkanya ke kamar Dad. Tapi hal itu luput dari perhatian mam. Mam bener konsens
beresin pav belakang. Hari pertama dan kedua biasanya dad habisin di pav belakang dengan
tamu tamu dad, hari selanjutnya dad asyik ngutak atik harley dan mobil antik kesayangannya.
" Hi Ivon, r u ok?" dad mengecup kening mam yang masih bengong.
" Ivon baek mas, mas dah makan?' tergagap mam menjawab.
Dad menggeleng dan berjalan ke meja makan, tanganya mengangkat tudung saji di atas meja.
Ga ada persiapan di meja makan, yang ada hanya panci-panci yang berisi sisa makanan.
Semua makanan termasuk buah-buahan telah disiapkan di paviliun. Untung bi yah dan bi mah
sigap, mereka bergegas ke paviliun.
*****
.
.
Kami makan bersama, termasuk Bi Mah, Bi Yah dan Mang Jaja, walaupun setelah mengambil
makan mereka menolak makan satu meja dengan kami dan berpindah ke dapur, daerah
kekuasaan bi Yah dan bi Mah. Mbak dew ga ikutan, dia sibuk di salon. Hari ini tamu salon
lumayan banyak, terbukti banyak piring snack dan gelas kosong tergeletak di rack dorong
deket jalan tembus.
Mam masih sulit memulai percakapan, aku ikut-ikutan. Entah kenapa, setelah tau Dad bukan
ayah kandungku, aku merasa gak berhak bermanja-manja ama dad.
"Badan ku pegel Von, pengen di massage" Dad berkata setelah menyelesaikan suapan
terakhirnya.
"Iya mas, nanti Ivon telpon Serly suruh siap-siap, biar mang Jaja yang jemput" jawab mam.
Serly itu tukang pijat langganan dad, tapi dia lebih cocok jadi model or pemain sinetron
daripada mijit. Mang Jaja bilang kadang Serly ikut jadi figuran juga. Kalo mijit Dad ga sejam dua
jam lho, kadang sampe tengah malam dia baru pulang. Bayaran serly pasti mahal.
"kamu sibukkah Von?"
"Mas mau Ivon Yang massage?" Mam bertanya. Dad mengangguk matap.
Aku tau diri, setelah suapan terakhir, bergegas meninggalkan meja makan.
"Kemana key?" Dad bertanya, mungkin heran, aku lebih diam dari biasanya.
"Siap-siap Dad, bentar lagi Jack jemput" alasanku sekenanya.
Aku masuk kekamar dan menutup pintu kamarku, tak lama kemudian aku juga mendengar
suara pintu kamar mam ditutup.
****
Cukup lama aku di rumah Jack. Papa mamanya lagi dirumah. Aku dipaksa makan malam disana.
Sebenernya belom laper, tapi karena gak enak akhirnya makan juga di rumah Jack. Setelah
makan malam, aku langsung minta ijin pulang. Salon masih rame, tapi pintu kamar mam masih
tertutup.
'Tumben gempa lokal hihihi' aku berpikir nakal lalu masuk kamarku, mandi dan langsung tidur
hanya dengan piyama mandiku.
****
Pagi lagi, sinar matahari masuk langsung lewat jendela kamarku yang lupa kututup. 'Laper'
yang menyemangatiku untuk bangkit dan keluar kamar.
"Mam mana bi?" Tanyaku melihat bi yah. Bi yah keluar dari kamar mam sambil mengangkut
tumpukan seprei kotor. Perang besar tadi malam.
"Ada di dalem Non" Jawab bi yah.
Aku langsung masuk ke kamar mam, kulihat mam sedang menyetel DVD.
"kaset apaan Mam?"
"Senam, mau ikutan?" mam menawariku.
Kadang kami suka senam bareng . Walaupun setelah pendinginan mam melanjutkan senamnya
lagi dan aku ga ikutan, abis gerakannya aneh - aneh. Itu gerakan kegel, kata mam buat
menguatkan otot-otot Vagina. Mau ikutan juga belum ada gunanya, nunggu keputusan Jack
aja.
"Ga ah, males" aku langsung berbaring di tempat tidur mam yang baru diganti sprei. Hmm,
wangi aroma pewangi sungguh nyaman.
Kubentangkan bed cover yang masih terlipat rapi, baru keluar dari lemari. Dibaliknya, aku
melihat mam jumpalitan mengikuti instruktur di layar kaca. Mam belum terlalu tua, harusnya
aku bisa minta adek. Mam juga ga jelek, tapi ga cantik-cantik amat. Terawat tentu saja,
karena mam punya salon.
'Key itu terawat tapi ga cantik-cantik amat' Itu comentar Jack tentangku. Dan alasan dia
memilihku tentu saja bukan karena kecantikanku. Jack biang aku lebih dewasa diabanding
temen-teman laen, Pengetahuanku tentang sex juga lebih maju dari yang laen. Tentu saja,
bacaanku adalah majalah-majalah orang dewasa mam n dad. Aku paling suka baca
Cosmopolitan, sedikit-sedikit tips-tipsnya aku praktekan ke Jack. Kadang sesekali aku baca
Playboy dad di pav belakang. Tapi ga terlalu suka, apa asiknya cewe liat foto cewe telanjang.
Kulihat mam lagi, ga tinggi. Dulu aku berpikiran, kenapa tinggi badan dad tidak menurun ke
aku, sekarang aku berpikiran, mungkin ayah kandungku ga tinggi juga, makanya tubuh ku
mungil seperti mam. 'Ga usah disesali, tinggal gimana kamu merawat n menjaganya?' kata mam
suatu ketika.
Mam amat merawat, tapi perawatan yang ini dah lama sekali ga kulihat mam melakukannya.
Satu piring besar daun, kayu n bunga - bunga kering.
Satu botol kecil minyak aromaterapi.
Anglo lengkap dengan bahan bakar khusus nya. Aku ga tau apa namanya. Tapi wanginya khas
dan enak sekali.
Semuanya tertata rapi di deket kolam kecil di kamar mam.
Mam telah menyelesaikan pendinginan. Ketida badan berkeringat, pori-pori terbuka lebar
emang pas sekali melakukannya. karena wangi bahan-bahan lebih meresap ke badan. Bahan-
bahan tadi mam masukin ke mesin sauna, uap yang keluar sungguh wangi dan melenakan.
Anglonya? Mandi sauna saja rupanya belum cukup, mam mengambil kain tebal, menyelimuti
badannya dan menaruh anglo yang telah dibakar dan mengeluarkan uap wangi di antara dua
kakinya.
Bosan melihat mam, aku beranjak ke buku-buku mam, album lama itu masih disana, kubuka-
buka lagi, ada yang menarik perhatianku, Lelaki kocak berwajah mirip Mr. Bean, Si Petualang.
***
.
.
(mam)
"Darimana kamu hapal jalan-jalan kecil seperti ini?" Baldi bertanya sambil matanya tetap ke
depan, fokus pada jalan sempit yang kami lewati. aku mengenalnya baru berapa jam yang lalu.
"Cowo gue sering ngajakin"
"He..he.. ini napak tilas?"
"Gpp kan, yg penting kita enjoy?' aku balik bertanya.
Sejak mbak ayu datang, perhatian The guru mulai berkurang. itu salah satu alasanku
menerima ajakan Baldi walo kami baru kenal.
"Eits.. penginapan depan belok" kataku sambil menunjuk satu dari sekian banyak penginapan.
'penginapan Sari Anom', bukan hotel bintang lima, malah tidak berbintang, bersih. Pegawai
disitu menyambut kami, menatapku sebntar , kemudian melirik ke Baldi heran. 'Mbaknya ganti
pasangan' mungkin begitu pikirnya. Aku cuek, kemudian menuju kamar yang biasa aku
tempati, pelayan tau diri dan pergi.
Kami mandi bareng, ke kasur, Baldi mengeluakan durex dari sakunya yang tadi sempet kami
beli. Karena aku bilang harus pake itu, kalo gak ya ga pergi.
"bentar" kataku.
Aku menarik kursi ke dekat jendela. menaikinya, menjulurkan tanganku, meraba-raba ke kisi
jendela.
"Ngapain Von?" Baldi heran, lebih heran lagi melihat tanganku memegang 3 pack durex yang
sama dengan yang kami beli.
"Punya siapa?'
"Cadanganku ma cowo ku"
"Setan kamu, hiks hikkkk" Baldi terkekeh.
Aku haus sekali, itu yang bener-bener bikin kami bersemangat bercumbu. ketika hampir
waktunya
"eits, pake dulu kondomnya?" aku mengingatkan.
Ada beberapa laki-laki yang langsung phobia denger kata kata kondom. Baldi salah satunya,
lemah lunglai seketika dan hilang sifat garangnya. Kami mengulangi foreplay sampai tiga kali,
dan ketika tanganku menggapai kondom ilang lagi semangatnya. Lama-lama aku ga tega juga,
akhirnya aku mengalah dan pertarungan setelah itu benar-benar seru.
Aku tertidur ketika tiba-tiba baldi membangunkanku.
"Von" dia berbisik pelan.
Aku membalikkan badanku, membuat kami saling berhadapan.
"Aku takut kamu hamil"
"Ga, santai aja" aku melanjutkan tidurku lagi,
"Hei, jangan tidur dulu, berjanjilah kau ga akan hamil!"
"Ok" aku bener-bener ngantuk, tapi Baldi tetep melanjutkan omongannya
"Apa keinginanmu yang belum bisa terpenuhi?"
"Naek pesawat" aku menjawab asal. Emang saat itu aku belum pernah naek pesawat.
"Ok, kalo kamu ga hamil, aku bakal beliin kamu tiket jogja-mataram"
(Besok paginya barang-barang itu aku balikin ke atas jendela dan The guru ga pernah nyadar
kalo koleksinya bertambah)
*******
.
.
(key)
"Terus mam hamil?" aku bertanya sambil meraba payudaraku.
Seperti ada benda basah menutupinya. Rupanya sambil bercerita mam membuka piyama
mandiku dan memaskeri payudaraku. Punya dia juga, kami berbaring berjajar, seperti ada
empat bukit kecil berbaris, bukit barisan hehe.
"Ga"
"Mam jadi naek pesawat donk"
"Mam pernah ke mataram, tapi ga naek pesawat, mam pernah naek pesawat, tapi bukan
karena si petualang, sex bukan komoditi key"
Sekali lagi, si petualang juga bukan ayahku, aku tau masih banyak laki laki dalam hidup mam
yang natinya bikin aku tambah pusing. mam amat terbuka, mungkin lebih baik aku tanya
langsung.
"Key anak siapa mam?" Aku bertanya cepat, mam melongo
"Key tahu Key bukan anak The rider, eh dad?"
"Tahu ko mam"
Mam membelai rambutku tanpa mengubah posisinya.
"Key anak pap"
.
.
Bersambung...

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar dan mari kita tunjukan bahwa kita adalah bangsa yg beradab..
Terimakasih