Kelam malam yang menyelimuti bumi,
Sepoi angin yang menyelimuti,
Dingin udara yang masuk ke dalam dada,
Semua bergabung menjadi satu menambah ketakutanku,
Dingin..dingin dingin..
Semakin kruasakan suasana menjadi semakin dingin..
Sepi sepi sepi..
Hatiku semakin sepi tanpa ada suara..
Tangisan pun takkan mampu menghilangkan sepi di dalam hati..
Malam yang harusnya terangpun kini gelap gulita..
Sang rembulan kehilangan sianrnya…
Menjadikan ku buka arah..
Tak mampu kumelangkah lurus..
Gelap gelap gelap..
Aku butuh cahaya untuk melangkah..
Aku butuh cahaya untuk menerangi hatiku..
Aku butuh cahaya untuk emnghilangkan ketahukanku..
Tak bisa kuterka dimana kuberada,
Tak bisa kurasa apa yang kusentuh,
Tak bisa kuucap apa yang ingin kukatakan,
Aku dalam kekosongan yang sangat dalam,
Mencari sesuatu yang tak kutau pasti,
Mencari sesuatu yang mungkin takkan kutemui..
Wahai rembulan tanpa sinar,
Mengapa kau kehilangan sinarmu,
Tak taukah kau bahwa aku membutuhkan sinarmu,
Tak taukah kau bahwa sinarmu sangat berarti,
Hei rembulan tanpa sinar,
Mana kecantikanmu yang dulu kau pertontonkan,
Mengapa kau tetap ada bila tanpa sinar?
Masih merasa berhargakah dirimu tanpa sinar yang dulu selalu kau pancarkan?
Kau hilangkan sinarmu disaat aku mulai menyadari bahwa ku membutuhkannya,
Kau memupuskan harapanku,
Kau memupuskan harapan kami,
Hei rembulan tanpa sinar,
Apa yang ingin kau katakan,
Kami menunggu jawaban,
Jawaban atas tindakanmu yang membuat kami sengsara,
Wahai rembulan tanpa sinar,
Berilah aku jawaban….
Seminggu yang lalu aku mendapat kabar melalui email tentang reuni SMA yang akan di kolam renang di daerah asalku. Tinggal seminggu lagi acara itu akan digelar, tentu acara ini sangat kunanti karena memang aku sangat merindukan teman teman SMA-ku. Aku ingat masa-masa SMA saat aku dan akwan-kawan gencar melakukan donor darah tiap tahun, serasa ada panggilan jiwa.
Di Paris, palang merah menerima donor darah setiap hari. Besok adalah tanggal 15 Ferbruari, hari kelahiranku, dan aku ingin mendonorkan darahku agar bermanfaat bagi orang lain.
17-02-2017
Hari ini aku pulang ke Indonesia. Banyak kisah yang ingin kuceritakan pada kawan-kawanku. Hatiku sangat senang kali ini, namun bila aku mengingat kenyataan yang harus aku terima dua hari yang lalu, sepertinya semangat hidupku sirna tak tersisa.
Perjalanan menuju Indonesia tidak begitu lama, hanya 6 jam perjalanan saja, aku tiba di bandara Juanda pukul 13.13. Bagus sekali pikirku. Aku teringat pesan Zak, katanya, bila kita melihat jam dengan angka kembar, itu berarti ada seseorang yang kangen pada kita. Haha…hal ini cukup bisa membuat diriku tersenyum.
Tak ada yang menyambutku di bandara. Maklum lah, aku diasuh di panti asuhan sejak aku bayi. Kata ibu asuhku, aku ditemukan didepan panti asuhan saat adzan subuh, namun anehnya aku tidak menagis, aku hanya terdiam tanpa ekspresi. Beluai memperlakukanku seperti anaknya sendiri, sungguh, takkan terbesit sedikitpun pikiran bahwa beliau bukan ibu kandungmu bila engkau diasuh seperti beliau mengasuhku Sayang, beliau sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Satu penyesalanku, saat itu aku tidak bisa datang ke pemakaman beliau.
Akhirnya sampailah aku di Lumajang, kota asalku. Kota yang indah dengan suasana yang nyaman. Dikelilingi oleh pegunungan dengan gunung semeru sebagai icon. Sungguh, hatiku amat tentram saat berada di kota ini.
Untuk sementara waktu, aku tinggal dirumah Ibal, maklumlah, aku tidak punya rumah. Aku terlampau sungkan untuk menumpang tinggal sementara di pantu asuhan yang menjadi tempatku tumbuh dahulu. Aku takut menyusahkan pengurus panti asuhan, terlebih sudah banyak anak yang diasuh disana.
18-02-2017
Hari ini cukup cerah, kuputuskan untuk pergi ke pemandian alam selokambang. Selain airnya jernih, air disana dipercaya mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Dulu disanalah aku hampir mati tenggelam, untungnya ada seseorang yang menolongku. Seperti mimpi memang, tapi seelah aku sadar, tidak ada orang yang mengaku telah menolongku. Ucap terima kasihku untuknya.
21-02-2017
Jam dinding dirumah menunjukkan pukul 18.00, si Ibal langsung mengajakku pergi ke kolam renang tempat reuni diadakan. Sungguh, malam ini amat indah, bintang-bitang bertaburan menemani sang rembulan. Aku penasran bagaimana kabar 3 kawanku yang lain.
"Hey bal, gimana kabar si Zak, Dana, sama Maul?"
"Mereka semua baik kok, mereka semua pingint tau keadaan lu, udah lama kan kita enggak ketemu, apalagi Cuma elu aja yang kerja di luar negri"
"Lu masih deket sama si Reno bal?"
"yaiyalah men, gue masih tetep kok sama dia, taun depan gue mau nikah, hahaha…dateng lho ye..awas lu kalo gak dateng.." ucap ibal dengan diselingi tawa
"Santailah bal, bisa diatur itu"
"ngomong ngomong, bertahun-tahun di paris, apa lu gak punya pacar men?" tanya ibal penasaran.
"hahahaha", jawabku
"ah, lu masih sama aja kayak dulu sat, hahahaha" jawab ibal mengerti maksud tawaku tadi.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di kolam renang, jaraknya hanya 2km dari rumah ibal. Disana aku sudah melihat Zak, dana, dan maul. Akhirnya kami 5 sekawan berkumpul.
"Hey guys. Lama tak jumpa"
„Yoi sat, lu sih ajrang ngasih kabar ke kita-kita" jawab zak penuh semangat
„Sori ya, gue sibuk banget, hahaha"
„Sok sibuk lu, kwkwkw," celetuk Dana menghina.
„Eh, gue ada sesuatu yang spesial nih baut lu" Bisik maul.
„Apaan emang ul?"
„Lu lihat ya ke arah sana…" pinta si zak
Tanpa pikir panjang, kubalikkan badan , dan…..
Sesosok wanita cantik, berkulit putih dan berkerudung berdiri disana. Dengan gaun merahnya, semakin ia terlihat cantik, dengan senyum manisnya, sesaat aku hanya terdiam.
Perlahan kudekati dia, kuingat nama yang sesuai dengannya…..
"Llllluna?"
"Iya, udah lama ya sat sejak gue pindah dulu"
"Kamu pindah? Kenapa? Kok enggak ngabari?"
"Sebenernyaaku udah ngabari temen-temen, Cuma aku pesen sama mereka buat enggak ngasih tau kamu"
"Aku pindah bukan karena sakit tapi ortuku maksa aku pindah. Malem itu aku dimarah i habis-habisan sama ortuku, tau gak kenapa? Aku bilang kalau aku mau pindah agama ke islam"
Sontak setelah mendengar jawabannya, aku langsung terdiam. Aku teringat kejadian 6 tahun lalu saat Luna menyatakan cintanya padaku. Aku teringat isakan tangis saat aku mengatakan tak bisa dengannya karna berbeda keyakinan. Apakah ini semua penyebabnya? Sungguh aku hanya terdiam.
"Kamu kenapa sat? Demi kamu, aku pindah agama, aku udah belajar islam, aku insyaallah bisa jadi istri yang baik buat kamu" tutur Luna kepadaku.
"Maaf lun, aku tetep enggak bisa sama kamu, jujur, kalo dibilang cinta, aku cinta sama kamu, kalo dibilang sayang, aku sayang sama kamu, tapi maaf banget, semuanya udah beda, aku enggak bisa sama kamu"
"kenapa sat? Kenapa kamu enggk bisa? Kamu udah punya pacar?, udah punya istri?"
"Enggk, ada sesuatu yang lain yang buat aku enggak bisa sama kamu, maaf"
Seketika itupun terdengar jeritan tangis Luna, sungguh tangisan yang amat dalam dari hati seorang wanita. Tapi aku sudah memilih, lebih baik kita tak bersama. Bukan karena tak mau, tai memang lebih baik begini.
Setelah mendonorkan darahku beberapa hari lalu, dokter memvonisku mengidap HIV karena petugas palang merah salah menggunakan alat donor, alat itu terkontaminasi darah pasien HIV. Sungguh kurasa semua tak adik, diriku yang tak pernah macam-macam tertulari penyakit laknat ini. Ingin ku marah ingin ku akhiri hidup ini bila kuingat semua itu. Aku cinta kamu luna..kamu sudah seiman denganku, tapi kenyataan berkata lain. Entah apa yang akan ada di benakmu tentangku, mungkin kau kan menyangka aku memberi harapan kosong, tapi, kita memang tak bisa bersama, cinta kita tak di satu dunia.
(tamat)
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar dan mari kita tunjukan bahwa kita adalah bangsa yg beradab..
Terimakasih