Kamis, 29 Januari 2015

SEMBILAN PEMBAWA CINCIN (The Fellowship of the Ring)


BAGIAN PERTAMA
The Lord of the Rings

BUKU SATU

BAB 1
PESTA YANG DITUNGGU-TUNGGU

Ketika Mr. Bilbo Baggins dari Bag End mengumumkan bahwa dalam waktu dekat ia akan merayakan ulang tahunnya yang kesebelas puluh satu, dengan pesta besar gegap-gempita, di Hobbiton menyebar banyak desas-desus dan kegairahan.
   Bilbo kaya-raya dan berwatak aneh. Selama enam puluh tahun ia menjadi keajaiban di wilayah Shire, semenjak ia menghilang dan mendadak kembali lagi. Harta kekayaan yang dibawanya dari lawatannya kini sudah menjadi legenda setempat, dan penduduk di sana percaya, meski apa pun yang dikatakan orang-orang tua, bahwa Bukit di Bag End penuh dengan terowongan-terowongan yang tumpah-ruah oleh harta karun. Dan bukan kekayaan itu saja yang membuat Bilbo tersohor, tetapi juga umur panjangnya menimbulkan kekaguman. Perjalanan waktu kelihatannya tidak banyak pengaruhnya pada Mr. Baggins. Di usia sembilan puluh, ia hampir sama saja dengan sewaktu berusia lima puluh. Ketika usianya menginjak sembilan puluh sembilan, mereka menyebutnya awet muda; namun mungkin lebih tepat dikatakan ia tak berubah. Beberapa orang menggelengkan kepala dan menganggap ini terlalu berlebihan; rasanya tidak adil bahwa ada orang yang (kelihatannya) bisa terus awet muda dan (kabarnya) punya kekayaan tak terhingga.
   "Pasti ada harga yang mesti dibayar," kata mereka. "Itu tidak wajar, pasti nanti akan timbul kesulitan!"

Tapi sejauh itu tidak ada masalah; dan karena Mr. Baggins sangat dermawan dengan uangnya, kebanyakan orang mau memaafkan keanehan dan  HYPERLINK http://keberuntungannya.la keberuntungannya. Ia bergaul baik dengan keluarganya (kecuali, tentu saja, keluarga Sackville-Baggins), dan ia mempunyai banyak pengagum setia di antara para hobbit dari keluarga-keluarga miskin dan kurang penting. Tap' ia tidak mempunyai sahabat-sahabat dekat, sampai beberapa keponakannya mulai tumbuh dewasa.
   Yang tertua di antara mereka, dan yang paling disayang Bilbo, adalah Frodo Baggins muda. Saat Bilbo berusia sembilan puluh sembilan tahun, ia mengadopsi Frodo sebagai ahli warisnya, dan membawanya tinggal bersamanya di Bag End; maka pupuslah harapan keluarga Sackville-Baggins. Kebetulan ulang tahun Bilbo dan Frodo sama, 22 September. "Sebaiknya kau datang dan tinggal di sini, Frodo anakku," begitu kata Bilbo pada suatu hari, "jadi kita bisa merayakan pesta ulang tahun kita bersama-sama dengan nyaman." Saat itu Frodo masih berusia dua puluhan, sedang dalam masa tweens, selang antara masa kanak-kanak dan kedewasaan pada usia tiga puluh tiga.

Dua belas tahun berlalu sudah. Setiap tahun keluarga Baggins mengadakan pesta ulang tahun bersama yang cukup meriah di Bag End; tapi kini ternyata ada rencana pesta istimewa untuk musim gugur itu. Bilbo akan berumur sebelas puluh satu, 111, suatu angka yang ganjil, dan usia yang sangat terhormat untuk seorang hobbit (Old Took sendiri hanya berumur 130); dan Frodo akan berusia tiga puluh tiga, 33, angka penting: saatnya ia mencapai "kedewasaan".
   Lidah-lidah mulai bergoyang ramai sekali di Hobbiton dan Bywater; desas-desus tentang pesta mendatang menyebar ke seluruh penjuru Shire. Riwayat dan watak Mr. Bilbo Baggins sekali lagi menjadi pokok pembicaraan utama, dan orang-orang yang sudah tua mendadak mendapati banyak orang ingin mendengar kisah-kisah lama mereka.
   Yang paling banyak menarik perhatian pendengar adalah si tua Ham Gamgee, yang lebih dikenal sebagai si Gaffer (yang berarti Lelaki Tua). Ia berbicara di Semak Ivy, sebuah penginapan kecil di jalan Bywater; ia berbicara dengan agak sok, sebab sudah empat puluh tahun ia merawat kebun di Bag End, dan ia juga telah membantu si Holman tua dengan pekerjaan yang sama sebelum itu. Kini, setelah ia mulai tua dan sendi-sendinya sudah kaku, pekerjaannya lebih banyak dilakukan putra bungsunya, Sam Gamgee. Baik ayah maupun anak bersahabat dekat dengan Bilbo dan Frodo. Mereka tinggal di Bukit itu juga, di Bagshot Row Nomor 3, persis di bawah Bag End.
   "Seperti sering kukatakan, Mr. Bilbo itu seorang hobbit terhormat yang sangat santun dan ramah," si Gaffer menyatakan. Memang benar Bilbo sangat sopan padanya, memanggilnya "Master Hamfast", dan selalu meminta nasihatnya tentang menanam sayur-sayuran—dalam masalah umbi-umbian, terutama kentang, si Gaffer diakui sebagai pakar terkemuka oleh semua orang di lingkungan itu (termasuk dirinya sendiri).
   "Tapi bagaimana dengan si Frodo yang tinggal bersamanya?" tanya Old Noakes dari Bywater. "Memang nama belakangnya Baggins, tapi dia lebih dari separuh Brandybuck, kata orang. Aku tak mengerti kenapa seorang Baggins dari Hobbiton mencari istri jauh-jauh di Buckland, yang penduduknya aneh-aneh."
   "Tidak heran mereka aneh," tambah Daddy Twofoot (tetangga si Gaffer), "sebab mereka tinggal di sisi yang salah dari Sungai Brandywine, persis berseberangan dengan Old Forest. Itu tempat yang gelap dan jahat, menurut cerita."
   "Kau benar, Dad!" kata si Gaffer. "Memang kaum Brandybuck dari Buckland tidak tinggal di dalam Old Forest, tapi tampaknya mereka memang keturunan aneh. Mereka suka bermain-main dengan perahu di sungai besar itu—dan itu tidak wajar. Tidak heran kalau terjadi masalah, menurutku. Meski begitu, Mr. Frodo itu seorang hobbit muda yang sangat ramah. Sangat mirip Mr. Bilbo, dan bukan hanya dalam penampilannya. Bagaimanapun, ayahnya seorang Baggins. Mr. Drogo Baggins seorang hobbit sopan dan terhormat; tak banyak yang bisa diceritakan tentang dia, sampai dia tenggelam."
   "Tenggelam?" terdengar beberapa suara. Mereka pernah mendengar tentang itu, dan berbagai selentingan menyeramkan lain, tapi kaum hobbit suka sekali mendengar tentang riwayat keluarga, dan mereka sudah siap mendengarkan lagi tentang yang satu ini.
   "Ya, begitulah kata orang," kata si Gaffer. "Soalnya Mr. Drogo menikah dengan Miss Primula Brandybuck yang malang. Miss Primula itu sepupu pertama Mr. Bilbo dari pihak ibunya (ibunya adalah yang bungsu di antara putri-putri Old Took), dan Mr. Drogo sepupu kedua. Jadi, Mr. Frodo adalah sepupunya yang pertama dan kedua sekaligus, bersaudara sepupu dari kedua pihak, begitu sebutannya, kalau kalian paham. Waktu itu Mr. Drogo sedang tinggal di Brandy Hall dengan ayah mertuanya, Master Gorbadoc tua; ini sering dilakukannya setelah Pernikahannya (soalnya dia sangat suka makan, dan Gorbadoc tua itu sangat murah hati dengan makanan); lalu dia pergi naik perahu di Sungai Brandywine; dia serta istrinya tenggelam, sedangkan Mr. Frodo masih anak-anak, kasihan sekali."
   "Kudengar mereka naik perahu setelah makan malam, di bawah sinar bulan," kata Old Noakes, "dan berat badan Drogo yang membuat perahunya karam."
   "Aku mendengar istrinya yang mendorongnya ke dalam air, dan Drogo menariknya ikut masuk," kata Sandyman, tukang giling di Hobbiton.
   "Seharusnya kau jangan percaya semua yang kaudengar, Sandyman," kata si Gaffer, yang tidak begitu menyukai tukang giling ini. "Tidak masuk akal segala omongan tentang mendorong dan menarik itu. Perahu memang pada dasarnya berbahaya, kalaupun orang-orang di dalamnya duduk diam tanpa banyak macam-macam. Pokoknya begitulah, Mr. Frodo menjadi anak yatim piatu, terdampar di antara kaum Bucklander yang aneh itu, diasuh di Brandy Hall. Tempat itu penuh sesak. Old Master Gorbadoc mengumpulkan tak kurang dari ratusan saudara di tempat itu. Mr. Bilbo benar-benar telah melakukan perbuatan mulia, membawa anak itu tinggal bersama masyarakat baik-baik.
   "Tapi kurasa hal itu merupakan kejutan berat untuk kaum Sackville- Baggins. Mereka menyangka akan memperoleh Bag End, saat Mr. Bilbo pergi dan diduga sudah mati. Ternyata dia kembali dan menyuruh mereka pergi; lalu dia masih hidup terus, dan malah tidak pernah kelihatan bertambah tua! Lalu mendadak dia menyodorkan seorang pewaris, dan sudah mengurus semua surat-suratnya. Keluarga Sackville-Baggins takkan pernah masuk ke Bag End sekarang, mudah-mudahan begitu."
   "Lumayan banyak uang yang disimpan di sana, begitulah yang kudengar," kata seorang asing, pendatang dari Michel Delving di Wilayah - Barat, yang sedang punya urusan bisnis. "Seluruh puncak bukit kalian penuh dengan terowongan berisi peti-peti penuh emas, perak, dan permata, begitulah yang kudengar."
   "Kalau begitu, kau lebih banyak mendengar daripada yang aku tahu," jawab si Gaffer. "Aku sama sekali tidak tahu tentang permata, Mr. Bilbo royal sekali dengan uangnya, dan kelihatannya dia tidak kekurangan, tapi aku tidak tahu tentang terowongan apa pun. Aku bertemu Mr. Bilbo ketika dia kembali, sekitar enam puluh tahun yang lalu, saat aku masih remaja. Waktu itu aku belum lama membantu Holman tua (karena dia sepupu ayahku), tapi dia membawaku ke Bag End untuk membantunya menjaga kebun supaya tidak diinjak-injak dan dikacaukan orang-orang sementara penjualan sedang berlangsung. Di tengah-tengah itu semua, Mr. Bilbo datang mendaki Bukit dengan seekor kuda kecil, beberapa kantong yang sangat besar, dan beberapa peti. Aku tak ragu bahwa kebanyakan berisi harta yang diperolehnya di negeri-negeri asing, di mana ada gunung-gunung emas, kata orang; tapi harta itu tak cukup banyak untuk mengisi terowongan. Tapi putraku Sam pasti lebih banyak tahu tentang itu. Dia suka keluar-masuk Bag End. Dia keranjingan kisah-kisah zaman dulu, dan selalu mendengarkan semua cerita Mr. Bilbo. Mr. Bilbo yang mengajari Sam membaca—tanpa bermaksud buruk, camkan itu, dan kuharap tidak bakal timbul masalah karenanya.

bersambung di sini 

1 komentar:

silahkan berkomentar dan mari kita tunjukan bahwa kita adalah bangsa yg beradab..
Terimakasih