Senin, 24 September 2012

Asmaraku Sepedas Cumi Rica-Rica

Asmaraku Sepedas Cumi Rica-RicSebut saja namanya Coem! Penyebutan itu seperti brand
fragrance yang hoki punya seperti Cloe, Bleu atau Luis Vuitton. Lho, kok malah
membicarakan brand-brand fashion! Ya, dialah Coem. Ia selalu tampil percaya diri dengan
sebutan itu. Gaul, katanya! Nama aslinya Komariyahwati. Hmm, sepertinya nama Wati di
belakang itu ciri khas bangsa yang lucu ini ya, ckck!
Coem anak IPA tapi tampilannya seperti anak teknik mesin alias STM. Sedikit tomboy dan
macho, meskipun pintar. Karena cewek ini memang hobi banget hiking dan angkat barbel.
Tapi, satu yang paling aku tak tahan dari sifat Coem. Cuek dan acuh! Dingin sekali, mirip es
teler yang pernah kucicipi di Resto Es Teler. Sulit sekali mencairkan kebekuan hatinya dan
agar kami bisa menjalin kehangatan yang dulu pernah tercipta, halah! Terkadang ia sering
ketus padaku, hingga bersungut-sungut seperti cumi. Mentang-mentang, katanya cumi
rica-rica itu kuliner favoritnya. Hah!
Aku ingat, dulu tiap akhir pekan kami selalu menikmati seporsi nasi panas dan cumi rica-rica
di resto amigos sekolahku. Namanya gaya banget amigos, padahal itu cuma akronim pengecoh
yang artinya agak minggir got sedikit (wkwk!). Tapi bentuk kecil perhatian yang sederhana
dariku itu membuat sifat dinginnya yang serasi dengan es doger kemudian mencair lumer
serupa es krim paddle pop dan cinta kami menyatu. Aih, jadi demo perut nih! Makanan melulu
dari tadi disebut!
"Coem, kamu tahu ngga kenapa orangtua-orangtua kita dulu selalu punya resep masakan
dengan bumbu rempah-rempah yang wangi? Itu pula yang menjadi sebab para imperialis dulu
datang ke negeri kita selain misi gospel, penyebaran agama yaitu mencari rempah-rempah
terbaik dunia yang ada di negara kita. Dan kenapa setiap mau menikah para wanita selalu
diajarkan pandai-pandailah memasak dan bahagiakan hati suami?"
"Huh, aku males belajar sejarah!"
"Karena mereka, para suami mencintai istri dari cara penyajian menu kuliner. Kalo suami ngga
betah di rumah itu karena menu masakan sang istri ngga pernah menggugah seleranya, jadi
deh dia jajan di luar. Ibaratnya, dari mata turun ke perut, hehe," selorohku sambil kembali
menyuap cumi rica-rica ke mulutku.
"Kamu itu mau serius tidak dengan hubungan kita? Rasanya setiap bertemu kamu selalu
pembicaraan mengenai makanan dan cumi kesukaan kamu itu. Apa kamu lebih suka cumi
daripada aku?"
"Ehehe, bukan begitu Coem. Aku suka sama cumi, tapi aku juga cinta kamu."
"Kamu samain aku sama cumi-cumi?" ketusnya galak. Aku diam.
"Kamu dengar. Kamu putuskan aku dan pilih saja cumi-cumi kamu itu!"
"Coem, aku mau memperjuangkan cinta kita karena cumi-cumi itu mempertemukan kita!"
"Yang benar saja," katanya tetap ketus dan pedas seperti bumbu cumi rica-rica.
"Kamu kan bilang suka banget cumi rica-rica, itu favoritmu. Dan, yah, karena itu aku juga jadi
cinta cumi-cumi, padahal aku sangat alergi hewan laut itu!"
"Karena itu kamu cinta aku?"
"Ya, karena cintaku sama kamu, maka aku harus suka sama apa yang kamu suka. Itu adalah
syarat cinta sejati, sehati sejiwa!" kataku gombal sedikit.
"Ah, Joe aku tersanjung," sahutnya sambil tersipu. Aku berbunga-bunga ketika baru kali itu
ia menunjukkan sikap hangatnya karena cumi, meski ia pun sepedas cumi rica-rica. Tapi,
sejak itu ia tak sepedas dulu lagi.

Oleh: Rashashi Ihsani

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar dan mari kita tunjukan bahwa kita adalah bangsa yg beradab..
Terimakasih